Kabar Jember
Saat Menteri Susi Loncati Beton Pemecah Ombak di Pantai Pancer, Puger, Jember
Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, berjalan di atas karang dan beton pemecah ombak (break-water) di Pantai Pancer, Puger, Jember.
Penulis: Sri Wahyunik | Editor: yuli
SURYAMALANG.COM, JEMBER - Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, berjalan di atas karang dan beton pemecah ombak (break-water) di Pantai Pancer, Puger, Jember, Sabtu (24/11/2018).
Secara gesit, dan sesekali dibantu ajudannya, Susi meloncati jarak antar beton, kemudian berjalan di atasnya.
Orang yang melewati beton pemecah ombak itu harus berjalan berhati-hati karena memang tatananya tidak rata, dan ada rongga dan jarak antar beton.
Susi yang meninjau pemecah ombak itu memilih berjalan sampai ke ujung, pertemuan antara pemecah ombak dan laut selatan di bawah teriknya matahari. Bupati Jember Faida dan sejumlah pejabat KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan) dan Pemkab Jember mendampingi Susi.
Susi tidak kesulitan berjalan karena telah mengganti sandal sepatunya yang berhak tinggi. Sebelum meninjau break-water, menteri nyentrik itu mengikuti Kongres Nelayan yang digelar Pemkab Jember di ALun-Alun Kecamatan Puger. Susi berpidato di depan ribuan nelayan yang mengikuti kongres tersebut.
Susi mengenakan dres batik bermotif daun tembakau, batik khas Jember. Dia melengkapi penampilannya dengan selendang batik, dan sepasang sandal jenis chunky heels berwarna hitam.
Dari lokasi Kongres Nelayan, Susi memilih meninjau pemecah ombak. Sesampainya di Pantai Pancer, Susi masih mengenakan sandal berhak tingginya.
Namun setelah melihat, pemecah ombak itu terdiri atas tatanan karang dan rangkaian beton, Susi pun meminta sandal gunung dari ajudannya. Susi pun secara santai memakai sandal gunung berwarna hitam itu di depan banyak orang yang mengiringinya.
Walhasil, ia secara cekatan melintasi pemecah ombak itu.
"Break-water ini katanya kurang cukup menahan ombak laut selatan, mungkin perlu perbaikan. Perlu diperpanjang, perlu sedikit dilebarin. Kalau menurut saya butuh tambahan satu break-water lagi yang melintang. Namun tentunya ini perlu dipelajari, satu minggu hingga satu bulan. Perlu diketahui kondisinya saat gelap bulan, terang bulan, tinggi ombak, angin barat, angin timur, supaya tidak salah lagi (dalam pembuatannya)," kata Susi kepada wartawan termasuk SuryaMalang.com, Sabtu (24/11/2018).
Dia mengakui meninjau bangunan pemecah ombak karena mendengar informasi jika bangunan itu dinilai salah oleh nelayan. Dia kemudian menuturkan karakteristik laut selatan.
Menurutnya, jarang terjadi kecelakaan laut di tengah laut selatan. "Kecalakaan itu bukan di tengah, malah saat mau masuk atau keluar (dari muara ke laut lepas). Kalau dibantu dengan break-water yang benar, cukup panjangnya dan arahnya, mungkin bisa mengatasi itu," tegas Susi.
Ketika ditanya bantuan pelampung bagi nelayan, ia mengakui pelampung itu bisa membantu nelayan. Namun selain itu, area keluar masuknya perahu dari muara ke lautan lepas, juga harus diperbaiki, seperti yang ada di Pantai Pancer Kecamatan Puger tersebut.
Kawasan pemecah ombak itu disebut sebagai area PLawangan Puger. Area itu merupakan kawasan keluar masuknya perahu nelayan dari muara ke lautan lepas. Kecelakaan perahu nelayan Puger kerap terjadi di area tersebut.
Nelayan Puger mengeluhkan kondisi bangunan pemecah ombak yang dinilai tidak menyelesaikan masalah di Plawangan.
"Pemerintah daerah bisa meminta Pemerintah Provinsi untuk memperbaikinya, tentunya dengan kajian yang disesuaikan dengan kondisi setempat," tegas Susi.
Susi cukup lama meninjau pemecah ombak itu. Dia melihat laut dan ombak di kawasan tersebut. Susi juga sempat melihat laut selatan dari pesisir di sebelah area pemecah ombak itu.