Malang Raya
Silakan Kampanye, Tapi Jangan Bawa Isu Agama, Kami Ingin Malang Kondusif
Massa yang menamakan diri Warga Malang mendatangi acara Deklarasi dan Pembekalan Relawan Koordinator 212 se-Jawa Timur
Penulis: Mochammad Rifky Edgar Hidayatullah | Editor: Zainuddin
SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Massa yang menamakan diri Warga Malang mendatangi acara Deklarasi dan Pembekalan Relawan Koordinator 212 se-Jawa Timur di Jalan Nusakambangan, Kota Malang, Minggu (20/1/2019).
Dalam aksinya, demonstran menuntut agar acara tersebut dibubarkan karena tidak mendapat izin dari kepolisian.
Beberapa dari massa ada yang membawa bendera merah putih sambil mengatakan ‘Arek Malang Cinta Damai’.
“Kami tidak ingin Kota Malang tercemar oleh oknum yang mencoba memecah belah Indonesia dengan kedok agama,” ucap Dimas Loka Jaya, Korlap Aksi.
Dia bersama rekan-rekannya ingin Kota Malang tidak ditunggangi oleh kepentingan politik seperti terjadi di kota lain.
Massa menyayangkan terkait surat pemberitahuan Deklarasi 212 yang disusupi kampanye politik.
Sebab, ada foto satu pasangan calon (paslon) presiden RI.
“Kalau memang ini aktivitas politik, kami sangat menghargai perbedaan pilihan. Kami welcome. Silakan saja.”
“Tapi kenapa harus menyangkutpautkan nama agama karena disurat itu tertulis deklarasi 212,” terangnya.
Dimas menjelaskan isu agama jangan dibawa untuk kepentingan politik.
Dia khawatir nantinya akan terjadi benturan di Kota Malang dan akan memecahbelah NKRI.
“Yang penting harus jaga NKRI dan Kota Malang. Intinya, kami ingin Kota Malang kondusif.”
“Beda politik itu tidak masalah. Kalau kampanye jangan menggunakan kedok agama,” jelasnya.
Dalam aksinya, massa yang berjumlah sekitar 150 orang itu juga melakukan selawatan di luar gedung.
Massa juga menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan menanyakan terkait izin kepada kepolisian.
“Mereka tidak ada izin. Kami sudah konfirmasi itu ke polisi,” jelasnya.
Makanya massa menuntut pencopotan banner di dalam gedung, dan minta acara untuk segera dibubarkan.
Setelah banner dicopot, mereka melakukan dialog dengan polisi, termasuk Kapolres Malang Kota, AKBP Asfuri.
Setelah itu massa membubarkan diri.