Kabar Madiun
Ternyata Masih Ada Kisah Dramatis Di Balik Penyelamatan Korban Banjir Di Tol Ngawi - Kertosono
Untuk bisa mencapai rumahnya, Arif harus berenang, menyusuri underpass tol Desa Kersikan, Kecamatan Geneng, Kabupaten Ngawi dalam kondisi gelap.
Penulis: Rahadian Bagus | Editor: Achmad Amru Muiz
SURYAMALANG.COM, MADIUN - Setelah berhasil menyelamatkan adiknya, serta dua keponakannya, dari banjir di Dusun Sumberejo, Desa Kersikan, Kecamatan Geneng, Kabupaten Ngawi, Kamis (7/3/2019), ternyata Arif Rosidi (47) masih harus kembali ke rumah untuk menjemput ibunya.
Diberitakaan sebelumnya, kisah empat warga korban banjir yang diselamatkan pengguna jalan tol Ngawi-Kertosono, menjadi viral di media sosial.
Empat warga tersebut adalah Arina Fitroh (35) dan dua anaknya Sifa Nurkaromah (5)Khamim Nurmahmudin (3), serta kakak kandung Fitroh bernama Arif Rosidi (47).
Setelah berhasil menyeberang tol dan memastikan adik serta dua keponakannya aman, Arif kembali ke rumah untuk mengevakuasi ibunya yang masih terjebak banjir di dalam rumah. Sedangkan ayahnya, Mahmud (70) sudah lebih dahulu mengungsi di Dusun Klumpit.
Untuk diketahui, sehari-hari, ia tinggal bersama adiknya, Arina Fitroh (35) dan dua keponakannya Sifa Nurkaromah (5), Khamim Nurmahmudin (3), serta orangtuanya, Mahmud (70) dan Istianah (69).
Sekitar pukul 18.00 WIB, setelah beristirahat beberapa jam di sebuah mushola di Dusun Klumpit, dia akhirnya kembali ke rumahnya untuk menjemput ibunya.
Untuk bisa mencapai rumahnya, Arif harus berenang, menyusuri underpass tol perbatasan antara Dusun Sumberejo dengan Dusun Klumpit, Desa Kersikan, Kecamatan Geneng, Kabupaten Ngawi dalam kondisi gelap.
"Kondisi waktu itu gelap, saya berenang ke rumah untuk jemput ibu saya," katanya.
Ia mengatakan, karena arus banjir pada saat itu cukup deras, ia harus merayap dan berpegangan tembok beton underpass. "Saya pegangan lubang-lubang kecil yang di tembok itu'" katanya.
Karena kedinginan dan jarak yang cukup jauh, kedua kakinya sempat mengalami kram dan nyaris tenggelam. "Saya sempat kram, namun ada seorang warga yang menolong. Setelah istirahat sebentar sata melanjutkan perjalanan,"katanya.
Setibanya di rumahnya, ibunya masih berada di dalam rumah yang sudah tergenang air setinggi sekitar satu setengah meter. Ibunya naik di atas tangga bambu yang dipasang di dinding di dalam rumah.
Karena sudah tidak memiliki tenaga untuk mengevakuasi ibunya, Arif memutuskan untuk tetap tinggal di dalam rumah bersama ibunya, menunggu pertolongan. Padahal, sejak pagi ia dan ibunya belum sempat makan.
"Saya dan ibu memanjat tangga bambu semalaman di dalam rumah. Sehari semalam tidak makan," katanya.
Hingga akhirnya, pada Jumat (8/3/2019) sekitar pukul 09.00 pagi, bantuan datang. Ia dan ibunya akhirnya berhasil dievakuasi.