Malang Raya
Sambut Wisatawan Gunung Bromo, Penduduk Sulap Rumah Jadi Homestay
Achmad, petani yang juga menyewakan kamarnya untuk homestay menyatakan, mendapat tambahan uang dapur jika ada tamu.
SURYAMALANG.COM, PONCOKUSUMO - Desa Gubuk Klakah, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur dikenal sebagai desa wisata. Pada 2014 lalu meraih posisi ketiga nasional desa wisata.
Menyambut wisatawan yang hendak ke Gunung Bromo, Gunung Semeru, dan objek wisata lain, rumah-rumah warga disulap sebagai homestay. Jangan kaget jika melewati sepanjang jalan raya Gubuk Klakah, mulai bawah sampai atas ditemukan deretan homestay.
Di setiap rumah warga yang dipakai sebagai homestay diberi nama pemiliknya.
"Sekarang ada 67 homestay," ungkap Hariyanto, bendahara Ladesta (Lembaga Desa Wisata) kepada SURYAMALANG.COM, Kamis (23/4/2015).
Menurut Hariyanto, awalnya ada delapan homestay pada 2010-an. Lembaga hanya mencari rumah warga yang baru.
Dalam perkembangannya, jumlah homestay berkembang. Di depan kantor Ladesta bahkan dipasang peta dan informasi lokasi homestay dan pemiliknya.
Selain itu juga ada tawaran objek wisatanya, seperti petik apel, Gunung Bromo, beberapa coban, ke Candi Jago dan tempat wisata lainnya.
"Kami juga punya 32 guide," ungkapnya.
Tamu paling banyak ketika ada long weekend. Agar bisa membagi rezeki, Ladesta menggilir homestay. Sehingga semua bisa mendapatkan tamu-tamu, baik yang datang beberapa orang saja atau rombongan.
"Kecuali ada request khusus, misalkan senang ke homestay siapa," katanya.
Agar tak terjadi ketimpangan, fasitas homestay juga diseragamkan. Namun yang membedakan adalah ada kamar kecil dan besar menyesuaikan rumah pemilik.
"Sudah 75 persen, kamar mandinya juga ada air hangatnya," ungkap dia.
Sempat ada rencana memberikan lagi bantuan alat pembuat air hangat dengan mengandalkan dana PNPM. Tapi ternyata sudah tidak keluar lagi. Padahal sudah sempat ia sosialisasikan ke pemilik homestay.
Achmad, petani yang juga menyewakan kamarnya untuk homestay menyatakan, mendapat tambahan uang dapur jika ada tamu.
"Mulai jadi homestay sejak tiga tahun lalu," ungkap Achmad.
Ia memiliki empat kamar. Jika ramai, tiga kamarnya disewanya ke tamu.
"Saya dapat order kamar dari Ladesta," jelasnya.
Per kamar dihargai Rp 100.000 dengan fasilitas air hangat dan tamu diberi snack dan minuman. Sedang untuk makan, tergantung order awalnya. Jika minta makan, maka istrinya yang akan masak.
"Rezeki, Alhamdullilah kalau homestay ramai," jawabnya.
Menurutnya, agar homestay tidak dicap sebagai tempat bebas, sudah aturan baku bahwa tamu laki-laki dan perempuan dipisah. Ia menceritakan, misalkan ada beberapa tamu laki-laki, maka harus menginap di homestay yang berbeda dengan tamu perempuan.
"Yang bukan suami istri harus pisah," terangnya.
Awal pengembangan usaha berbasis pemberdayaan masyarakat dimulai pada 2010. Saat itu beberapa warga yang masih menganggur berkumpul. Ketika ada rest area di Gubuk Klakah, mereka urunan berjualan disana. Namun setelah sempat tidak berkembang.
Kemudian bangkit lagi ketika mendapat order pertama dari Java Promo rombongan tamu satu bus dari Yogjakarta. Mereka melakukan petik apel disana sebelum menjalankan wisata ke Kota Batu. Kini Ladesta pun bisa menjalankan sebagai organiser perjalanan.
"Kami banyak bekerjasa sama dengan travel di Jakarta," jawabnya.
Tamu-tamu diinapkan ke homestay warga. Mereka juga mengatur perjalanan tamu ke sejumlah objek wisata sekitarnya.
(Sylvianita Widyawati)