Malang Raya
Rektor Universitas Brawijaya Jamin Mahasiswanya Tidak Ikut ISIS
“Mahasiswa sudah disibukkan dengan tugas akademik, dan juga mereka masih mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM),”
Penulis: sulvi sofiana | Editor: fatkhulalami
SURYAMALANG.COM, LOWOKWARU – Paham radikal yang disebarkan kelompok ISIS di Indonesia diwaspadai perguruan tinggi. Di Malang, Universitas Brawijaya (UB) menjadi tuan rumah Dialog Pencegahan Paham ISIS di Kalangan Perguruan Tinggi di Jawa Timur, Kamis (27/8/2015).
Dalam kesempatan itu, Rektor UB, Mohammad Bisri meyakinkan, mahasiswanya cukup sibuk dengan akademik. Sehingga paham radikal akan sangat sulit masuk lingkungan kampusnya.
“Mahasiswa sudah disibukkan dengan tugas akademik, dan juga mereka masih mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM),” terang Bisri.
Dia tidak memungkiri, jika wewenangnya masih hanya sebatas dilingkungan kampus. Sedangkan kehidupan sosial mahasiswa di luar kampus tidak dapat ia pantau.
“Yang pasti mereka sibuk sampai sore di kampus, kalau di luar kampus pihak universitas tidak tahu,” jelasnya.
Sedangkan Anggota Komisi III DPR RI, Ahmad Basarah menerangkan, harus ada gerakan ataupun organisasi nasional yang terstruktur, sistematis dan masif.
Hal ini sebagai penanggulangan dan pencegahan terhadap paham radikal.
“Perguruan Tinggi sangat berperan dalam penyaringan pemikiran mahasiswa melalui materi-materi dan kegiatan yang dilakukan. Karena, di usia muda, mahasiswa dalam tahap pencarian jati diri,” katanya.
Direktur pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Brigjend Pol Drs Hamidi mengatakan, teror jaringan teroris ini dapat menimbulkan paham dan perilaku radikal yang baru di kalangan anak muda.
Dikatakannya, jika dulu anak muda yang terjaring dalam kelompok terorisme biasanya diduga dari kalangan ekonomi menengah ke bawah dan kalangan berpendidikan rendah. Namun berbeda saat ini kalangan ekonomi atas dan terpelajar juga banyak direkrut.
“Kekhawatiran saat ini bukan tanpa alasan. Sebab, banyak golongan terdidik khususnya mahasiswa telah terpedaya dan memilih untuk bergabung dengan kelompok radikal ini,” jelasnya.
Selain itu pola penyebarannya tidak hanya menggunakan cara konvensional. Namun juga mengikuti perkembangan teknologi dengan aktif memanfaatkan informasi internet sebagai alat propaganda. Bahkan internet dan media sosial tidak jarang digunakan sebagai alat untuk menjaring anggota baru.
“Tidak jarang anak muda yang bergabung dengan ISIS melalui propaganda dan jaringan pertemanan di media sosial,” tegasnya.
Hamidi meminta, pencegahan paham ISIS di lingkungan pendidikan tinggi terus dilakukan secara berkesinmabungan. Untuk itu dalam dialog ini melibatkan sekitar 300 peserta dari dari 94 perguruan tinggi di Jawa Timur.
Selain itu turut hadir mantan teroris dari anggota Jamaah Islamiyah (JI), Ali Fauzi. Ali menjelaskan bahwa tidak membutuhkan waktu yang lama bagi seseorang untuk mmepelajari perakitan bom.