Madiun
Innalillahi, Sang Pencipta Lagu Himne Guru Tutup Usia
Sartono mengidap penyakit komplikasi seperti penyumbatan darah di otak, darah tinggi hingga diabetes.
Penulis: Doni Prasetyo | Editor: fatkhulalami
SURYAMALANG.COM, MADIUN - Sekitar pukul 18.30, jenazah pencipta Himne Guru Sartono yang tutup usia pada usia 82 tahun ini baru di makamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kelurahan Klegen, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun.
Almarhum yang semasa hidupnya mengabdi sebagai guru seni musik di SMP Katolik Santo Bernardus, Jl A Yani, Kota Madiun, ini sebelum meninggal sempat dirawat intensif di ruang VIP Cendana 10, RSUD Kota Madiun, selama 9 hari.
Kemudian dipindah keruang Intensive Care Unit (ICU) selama 3 hari, karena kondisinya terus menurun dan koma.
Jenazah pensiunan guru yang banyak mendapat penghargaan dari pemerintah itu disemayamkan di rumah duka Jalan Halmahera 98, Kelurahan Oro-oro Ombo, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun.
Saat menghenbuskan nafas terakhirnya didampingi sang istri Ny Damiati.
“Pak Sartono meninggal dunia tadi siang pukul 12.50, setelah proses administrasi selesai langsung dibawa ke rumah duka,” jelas Kepala Perawat RSUD Kota Madiun Atri Laksono.
Dikatakan Atri Laksono, Sartono mengidap penyakit komplikasi seperti penyumbatan darah di otak, darah tinggi hingga diabetes.
“Pak Sartono juga punya riwayat sakit stroke, kondisinya makin menurun sejak Sabtu (31/10) sore lalu. Mulai dari cara mata berkedip, kemampuan komunikasi verbal nol dan tensi darah sempat menurun. Beliau masuk RSUD sejak 20 Oktober lalu,” kata Atri.
Sementara menurut Ny Damiati, istri almarhum sebelum masuk ICU RSUD Kota Madiun, sempat membisikinya, dan mengucapkan terima kasih telah mendampingi.
"Bapak (alm Sartono) sempat berbisik, mengucapkan terimakasih, saya telah mendampingi. Setelah itu Bapak, tidak sadarkan diri,"kata Ny Damiati Sartono.
Di rumah duka Jalan Halmahera, karangan bunga terus berdatangan, termasuk dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, Wali Kota Madiun, Bupati Madiun, dan kalangan PGRI, IGI.
Menurut Ny Damiati Sartono detik-detik meninggalnya sang suami sangat mudah, meski sejumlah medis sempat memberikan pemacu jantung beberapa kali. Sampai akhirnya melepas semua peralatan medis yang menempel.
“Bapak, Oktober lalu, sempat terjatuh dari ranjang. Selang dua hari merasakan nyeri dilengan kirinya dan setelah itu nafsu makannya menurun drastis,”katanya.
Sebelum jenazah diberangkatkan ke peristirahatan terakhir, jenazah sempat disalati, dengan imam Ketua MUI Kota Madiun KH Sutoyo
