Bom Sarinah

Inilah Reaksi dan Komentar Ahli Perakit Bom Soal Ledakan di Jakarta

Mereka yang bermain saat ini produk instan. Dan dilatih hanya beberapa minggu, tidak cukup mahir dalam operai besar

Penulis: Hanif Manshuri | Editor: fatkhulalami
Kompas.com
Korban ledakan bom di Sarinah, Jakarta 

SURYAMALANG.COM, LAMONGAN - "Bom Fatwa Meledak di Jakarta" itulah kalimat yang ditulis Ali Fauizi sang mantan kombatan dan ahli perakit bom saat mendegar ada ledakan bom di Sarinah, Jakarta. Bahkan susunan kalimat itu dimunculkan dalam status BB Ali Fauzi.

Kepada SURYA mengatakan, bahwa saat ini terjadi pergeseran target operasi kelompok teror di Indonesia.

"Kalau dulu far enemy (musuh jauh) sekarang near enemy (musuh dekat). Far enemy lebih menyasar simbul - simbul dan kepentingan barat, orang bule, gedung, kedutaan obyek vital barat dan lainnya.

Dulu sebelum ada pergeseran bom - bom yang diledakkan seperti bom Bali 1, bom Bali 2 bom Marriot 1, Marriot 2 disusul dengan bom kedubes Australia di jl Kuningan Jakarta, semua bom berskala besar mulai dari 350 Kilogram sampai 1 ton.

"Dan pada 2000 - 2009 praktis para pelaku bom di Indonesia mereka punya kemampuan yang tidak bisa diragukan lagi,"katanya.

Saat itu ada Ali Imron, Ali Ghufron, Imam Samudra, doktor Azhari, Nordin M Top dan lainnya. Mereka secara khusus dilatih ilmu pemboman di beberapa champ yg dimiliki Al qaeda.

Tapi kata, Ali Fauzi, pada era 2009-2015, target operasi lebih kepada target lokal near enemy. Ada bom masjid Mapolres Cirebon, penembakan polisi di Jakarta, bom Mapolres Poso dan penembakan polisi di Bima. Nah, kenapa polisi yang jadi target, karena polisi dianggap dedengkotnya thoghut, thoghut ialah setan dalam prespektif para pelaku. Mereka boleh dibunuh dan dibinasakan.

Dan kedua alasannya, karena polisi selama ini yang menangkap, menembak kawan - kawan mereka yang diduga terlibat dengan tindak terorisme.

Dan belakangan para pelaku mudah ditangkap, juga operasi yang mereka lakukan terkesan ecek - ecek.

Dulu, katanya, bom mobil, bom bunuh diri rompi menewaskan puluhan orang. Tapi saat ini, bom yang mereka rakit tidak mampu membunuh korban yang ada disekitar TKP, malah bom tersebut membunuh diri sendiri para pelaku.

Mengapa? mereka yang bermain saat ini produk instan. Dan dilatih hanya beberapa minggu, tidak cukup mahir dalam operai besar dan itu beda dengan generasi awal seperti Ali Imron dan Imam Samudra cs.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved