Pesawat Tempur Super Tucano Jatuh
Sambil Memegang Jenazah Nurcholis, Ibu Korban Pesawat Jatuh Berucap: Nak, Baik Benar Nasibmu
"Le, kok becik men nasibmu (nak, kok baik benar nasibmu). Kamu kok meninggalkan kami duluan," tutur Dasila sambil menangis ketika memegang kepala anak
Penulis: Imam Taufiq | Editor: musahadah
SURYAMALANG.COM, BLITAR - Duka mendalam menyelimuti keluarga Nur Kholis, (32), salah satu korban tewas kecelakaan pesawat tempur Super Tucano Skadron 21.
(LIHAT JUGA: VIDEO Jenazah Nurcholis, Korban Jatuhnya Pesawat Super Tucano, Tiba di RSSA Kota Malang)
Rabu (9/2) malam sekitar pukul 22.00 WIB, jenazah korban tiba di rumah duka, di Dusun/Desa Tawangrejo, Kecamatan Binangun, Kabupaten Blitar.
Jenazah korban dibawa mobil ambulan milik TNI AU Abd Saleh, Malang, dikawal satu pleton anggota. Bahkan, anggota TNI AU menginap di rumah duka, sampai menunggu pemakaman.
Kedatangan jenazah korban, langsung disambut isak tangis keluarganya. Indah Puji Lestari (27), adik korban, langsung pingsan, setelah berkali-kali berteriak histeris.
Sementara, kedua orangtua Nurcholis, Isman (75), dan istrinya, Dasila (65), tampak lebih tegar ketika membuka peti jenazah anaknya.
"Le, kok becik men nasibmu (nak, kok baik benar nasibmu). Kamu kok meninggalkan kami duluan," tutur Dasila sambil menangis ketika memegang kepala anaknya.
Ansori (45), kakak kandung korban, menuturkan, saat kejadian itu, orangtuanya tak diberi tahu. Sebab, ia khawatir karena bapak ibunya sedang sakit-sakitan, di antaranya darah tinggi. Yang diberi tahu hanya Indah, adik korban.
Seusai magrib, orangtuanya baru dikasih tahu karena sempat kaget ketika melihat ada orang mendirikan terop di depan rumahnya.
"Ono opo le, jam yamene (magrib) kok ada orang mendirikan terop. Karena ibu tanya seperti itu, ya saya kasih tahu kalau si Nur mengalami kecelakaan akibat tertimpa pesawat. Ibu langsung kaget," tutur Ansori.
Selama ini, tutur Ansori, korban jarang pulang karena jarang libur. Yakni, bekerja sebagai tehnisi (engineering). di Persada Hospital, Kota Malang.
Namun, Sabtu (6/2) kemarin, ia pulang, melainkan hanya sebentar. Katanya, hanya sambang bapak dan ibunya. Saat pulang itu, korban bercerita kalau dalam minggu-minggu ini jarang bisa tidur.
"Dia cerita ke saya. Mas, aku itu minggu-minggu ini kok sulit tidur. Sampai-sampai wajahku pucat," tutur Ansori menirukan adiknya.
Namun ketika ditanya, menurutnya, korban mengaku tak ada masalah apa-apa. Cuma, nggak bisa tidur saja. "Nggak tahunya, kok ada kejadian semacam ini," ungkap Ansori.
Meski korban sudah berusia 32 tahun, namun belum menikah. Hanya saja, menurut Ansori, adiknya itu pernah bertunangan namun akhirnya batal menikah.
"Anaknya pendiam, dan tak pernah neko-neko. Ia bekerja di Malang, sudah dua tahun dan indekos di rumah, yang tertimpa pesawat tersebut," ujarnya.
Selama bekerja, ia cukup perhatian pada orangtuanya. Meski jarang pulang, namun orangtuanya selalu dijatah uang tiap gajian. Katanya, buat kebutuhan orangtuanya.
Setelah semalam disemayamkan di rumah duka, Kamis (11/2) pukul 10.30 WIB, jenazah Nur Kholis dimakamkan di pemakaman umum desanya. Mulai persiapan sampai pemberangkatan ke makam, semuanya diurusi anggota TNI AU. Tak hanya keluarganya, namun para tetangganya, juga ikut mengantarkan ke makam.
Bahkan, sejak jenazah korban tiba di rumah duka, para petakziah berdatangan.
Tak hanya warga, namun juga para pejabat setempat, juga datang. Di antaranya, M Rijanto, Bupati Blitar terpilih, Letkol (Inf) Ahmad Dani, Dandim Blitar 0808, Toha Mashuri, Kepala Satpol PP Pemkab Blitar, dan AKP Sudi Atmaji, Kapolsek Binangun.
"Semoga, segala amal baiknya diterima disisi-Nya. Untuk yang ditinggalkan, semoga diberi kekuatan dan kesabaran," tutur Rijanto di rumah duka.
Seperti diketahui, Nur Kholis mengalami kecelakaan saat rumah kosnya, tertimpa pesawat milik TNI AU. Yakni, korban indekos di rumah Erma Wahyuningtyas (49), korban tewas, yang tinggal di Jalan Laksda Sucipto Gang 12, Kecamatan Blimbing, Kota Malang.
Saat pesawat berbobot 3,2 ton itu jatuh dan menimpa rumah Erma, Nur Kholis, sedang berada dalam kamar