Malang Raya
Empat Lokasi Sampah di Malang Ini Akan Dipamerkan ke Tamu Luar Kota dan Luar Negeri
Tiap sampah yang terkumpul dari pasar akan ditampung di area belakang pasar yang luasnya hanya sekitar 4 meter x 6 meter.
Penulis: Aflahul Abidin | Editor: musahadah
SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Penyelenggaraan Indonesia Creative Cities Conference (ICCC) di Kota Malang tinggal menghitung pekan.
Sebagai tuan rumah, Pemerintah Kota Malang mulai berbenah dari berbagai aspek.
Rabu (3/2/2016), Pemkot meninjau empat titik area yang akan dipamerkan pada tamu luar kota dan luar negeri.
Tempat pertama Pasar Oro-oro Dowo.
Pasar tradisional yang rampung dipugar awal tahun ini tersebut dinilai menjadi salah satu tempat yang layak dikunjungi karena, selain pengelolaan pasar yang rapi dibanding pasar-pasar lain di Kota Malang, pasar itu juga memiliki tempat pengelolaan sampah.
Tiap sampah yang terkumpul dari pasar akan ditampung di area belakang pasar yang luasnya hanya sekitar 4 meter x 6 meter.
Saban harinya, sampah akan pilah antara yang organik dan nonorganik. Sampah nonorganik ditampung untuk dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sementara sampah organik diolah menjadi kompos melalui sedikitnya lima tahap.
Kepala Pasar Oro-oro Dowo Endang Sri Sundari mengatakan, dua hari ke depan fasilitas lain juga akan ditambah dalam pasar, seperti pengeras suara di beberapa dan tempat duduk permanen. Hal itu sesuai dengan instruksi Wali Kota Malang M Anton saat mendatangi lokasi tersebut.
“Tempat ini menjadi salah satu lokasi yang sangat mungkin akan dikunjungi para tamu. Jadi beberapa fasilitas yang masih kurang harus segera ditambah. Dua sampai tiga hari ini lah harus sudah ada,” kata Anton ke Endang, sela kunjungannya.
Tempat kedua yang akan dipamerkan Pemkot Malang, yaitu Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang di Kecamatan Sukun, Kota Malang.
TPA ini tiap hari menampung 1.6000 meter kubik sampah atau setara dengan 460 ton per hari itu adalah pemanfaatan gas metannya. Hingga saat ini, tempat tersebut telah menyalurkan gas metan untuk kebutuhan rumah tangga sebanyak 508 sambungan.
“Pada bulan ini akan selesai juga pemanfaatan gas metan untuk mengaliri listrik di TPA ini. Saat ini, salurannya sudah dibangun sekitar 30 persen. Dalam sebulan sambungan itu sudah beres,” kata Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang Erik Setyo Santoso.
Besaran daya yang bisa dihasilkan dari gas metan yang tersisa setelah terserap ke sambungan rumah tanggan belum bisa diprediksi. Karena itu, setelah saluran jadi, pemanfaatan masih dalam tahap uji coba. Jika memungkinkan, sambungan listrik dari Perusahaan Listrik Negara di TPA seluas 31 hektare itu akan diganti sepenuhnya dengan gas mentan dari hasil pengelolaan sampah.
Tempat pamer ketiga adalah Bank Sampah Malang. Tempat ini memang menjadi salah satu tempat yang paling unik. Maklum, Kota Malang merupakan kota pertama yang mencetuskan konsep bank dengan penyetoran saldo dalam bentuk sampah. Para kelompok yang menjadi nasabah hingga saat ini berhasil membubuhkan tabungan sebesar hampir Rp 10 juta hanya dengan menyetor sampah. Hal itu terlihat dari buku rekening yang diperlihatkan petugas bank sampah ke Wali Kota.
“Nasabah bank ini sekarang sudah sekitar 500 kelompok warga, 200 lembaga sekolah dan 70 instansi lain di Kota Malang. Perkemangan Bank Sampah Malang sangat cepat. Jika kesampaian, saya ingin nantinya nasabah dari bank ini bisa memiliki ATM (Anjugan Tunai Mandiri) yang bisa dipakai berbelanja di pusat perbelanjaan,” kata Anton.