Malang Raya
Dua Bulan Super Tucano Dikandangkan di Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh
"Kami tak tahu berapa lama penyelidikan selesai, karena dilakukan Mabes. Kalau nanti ada perintah, boleh terbang kami akan melakukan latihan terbang,"
Penulis: Sri Wahyunik | Editor: fatkhulalami
SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Penyelidikan jatuhnya pesawat tempur taktis Super Tucano di Jalan Laksda Adi Sucipto Kota Malang pertengahan Februari 2016 lalu, belum juga selesai hingga April 2016 ini.
Hal ini menyebabkan pesawat Tucano yang berada di skuadron 21 Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh Malang tidak terbang.
"Masih belum bisa terbang, ada di skuadron. Secara periodik kami lakukan ground run atau bahasa awamnya pemanasan mesin," ujar Kepala Dinas Operasional Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh, Kolonel Penerbang Fairlyanto, Rabu (6/4/2016).
Sebanyak 15 pesawat Super Tucano kini tetap 'ngandang' di skuadron 21.
Fairly tidak bisa memastikan berapa lama lagi hasil penyelidikan penyebab jatuhnya Super Tucano TT-3108 jatuh. Sebab penyelidikan itu dilakukan oleh tim investigasi dari Mabes TNI AU.
"Kami tahu berapa lama penyelidikan selesai, karena dilakukan oleh Mabes. Kalau nanti ada perintah, boleh terbang kami akan melakukan latihan terbang memakai Tucano," tegasnya.
Seperti diberitakan 10 Februari 2016, pesawat Super Tucano terjatuh menimpa rumah warga di Gang XII Jalan Laksda Adi Sucipto. Pesawat tempur itu menhunjam atap rumah sampai ke tanah, dan menyebabkan empat orang tewas. Empat orang yang meninggal dunia terdiri atas dua orang anggota TNI AU (pilot dan juru mesin), serta dua warga sipil.
Jatuhnya pesawat itu membuat heboh karena Tucano merupakan pesawat anyar. Pemerintah baru membeli 12 unit Tucano ketika pesawat itu jatuh, dan empat unit sisanya kemudian menyusul. Kini pesawat temput taktis yang tersisa (15 unit) terpaksa belum diterbangkan meskipun buat latihan, sampai hasil penyelidikan selesai.