Jendela Dunia
Cewek Belgia Ini Ungkap Janji-Janji Palsu ISIS, Ternyata Beginilah Nasibnya Setelah Hijrah ke Suriah
"Saya tidak dipaksa untuk menjadi seorang Muslim, saya dibujuk,” kata Laura
Penulis: Eko Darmoko | Editor: eko darmoko
SURYAMALANG.COM, BELGIA – Laura Passoni (30), perempuan asal Belgia ini membeberkan janji-janji palsu yang diberikan Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS.
Laura sangat menyesal, sebab ia yang memilih bergabung dengan ISIS, ternyata perlakuan dan nasib yang diterimanya tidak sesuai dengan yang dijanjikan.
Dikutip SURYAMALANG.COM dari metro.co.uk (28/4/2016), kisah ini bermula ketika Laura bertemu seorang pria di supermarket.
Pria ini mengajak Laura memeluk Islam dan mengajaknya pindah ke Suriah.
Laura adalah karyawan supermarket itu.
Ia dijanjikan kehidupan yang lebih baik di Suriah, tapi setelah Laura menjalani kehidupan di Suriah, ternyata semuanya hanyalah kebohongan.
"Saya tidak dipaksa untuk menjadi seorang Muslim, saya dibujuk,” kata Laura kepada media lokal.
Laura mengatakan, dia bertemu dengan pria yang kemudian dinikahinya itu di supermarket tempat mereka bekerja.
Pria itu berasal dari Tunisia, bernama Osama Rayan.
Laura jatuh cinta kepada Osama dan setuju untuk pindah ke Tunisia, dan akhirnya ke Suriah.
Laura tinggal di Al-Bab, dekat kota Aleppo, Suriah antara tahun 2014 dan 2015.
“Aku pergi ke sana secara ikhlas, saya menjadi seorang Muslim dan kemudian saya radikal, dan saya menjadi yakin bahwa khalifah adalah satu-satunya tempat untuk saya dan keluarga saya untuk hidup,” kata Laura.
Laura menggambarkan bagaimana dia dikurung di dalam rumah untuk melakukan pembersihan dan memasak, dan hanya diizinkan untuk pergi ketika dia di perusahaan suaminya.
Ketika ia pindah ke kota, ia mengambil anaknya yang berusia empat tahun dari hubungan dengan suami sebelumnya, serta anaknya dengan Osama.
Dia menyadari, bahwa bergabung dengan ISIS adalah bukan tempat yang baik untuk membesarkan anak-anaknya.
“Tidak ada pajak, perawatan kesehatan gratis tapi hanya pengobatan alternatif. Hidup di sana ternyata sangat mahal,” ucapnya.
Dia mengakui bahwa dia tidak pernah diperlakukan kasar, tapi ia merasakan hidup seperti seorang tahanan.
“Saya dilarang untuk melakukan apa-apa, aku hanya harus mengurus rumah dan anak-anak. Aku tidak bisa meninggalkan rumah atau menggunakan internet tanpa kehadiran seorang pria,” ungkap Laura.
Laura pun takut, bahwa suatu saat nanti pasukan ISIS akan mengambil anak-anaknya secara paksa.
"Saya memutuskan untuk kabur dengan segala resikonya,” tegasnya.
Alhasil, Laura berhasil mendapatkan ponsel dan bisa berkomunikasi secara diam-diam dengan orang tuanya.
Akan tetapi, Laura tidak mengungkapkan secara detail bagaimana ia bisa kabur dari kamp ISIS.
Media lokal mengungkap sedikit proses pelarian diri Laura, yakni pihak berwenang Belgia bekerja sama dengan jihadis asal Turki sebagai perantaranya.
Kini, Laura sudah bebas dan bisa bercengkrama bebas dengan anak-anaknya.
Laura memiliki orang tua dari Italia yang pindah ke Belgia sebagai pengungsi selama Perang Dunia II.
“Saran saya untuk wanita muda, jangan sampai Anda terbujuk oleh janji-janji manis ISIS,” imbaunya.
Setelah Laura lolos dari ISIS, ia menghadapi penyelidikan polisi dan dijatuhi hukuman lima tahun masa percobaan dan denda 11.800 Pound Sterling atau senilai Rp 227 juta.
Hal ini sebagai dugaan bahwa Laura terlibat dalam gerakan radikal bersama ISIS.
Laura juga dilarang menggunakan media sosial.
“Saya menerima hukuman ini. Jujur, hukuman ini terbilang ringan dari pada harus hidup bersama ISIS di Suriah,” imbuhnya.