Ramadan 2016

Alasan Yasmin Lebih Sering Masak Menu Jawa saat Ramadan

Yasmin lahir dari ibu dan bapak keturuan Arab, tapi ia lebih sering memasak dengan menu jawa. Ternyata alasannya...

Penulis: Aflahul Abidin | Editor: Adrianus Adhi
ist
Yasmin 

SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Yasmin lahir dari ibu dan bapak keturuan Arab. Meski begitu, sejak awal Ramadan hingga kemarin, ia lebih sering memasak dan makan menu Jawa.

Hari pertama puasa, ia membantu sang ibu memasak menu berbuka gule. Hari kedua, menu diganti soto. Sementara hari ketiga, ia membantu menyiapkan menu semur. Semuanya adalah kuliner jawa berkuah.

“Meskipun aku keturunan arab, tapi suka makanan jawa,” ujar gadis kelahiran Malang, 7 Maret 24 tahun lalu itu.

Yasmin sedikit-banyak paham ihwal kuliner jawa dan arab. Dari perspektifnyadia, kuliner arab lebih banyak berbahan utama daging kambing dan amat kaya rempah.

Menu semacam sering ia masak saat momen-momen tertentu. Saat Lebaran, misalnya. Di tradisi keluarga Yasmin, menu itu sering dipadukan dengan kudapan khas Arab lain, seperti nasi kebuli atau nasi briyani.

Mengaku orang yang bukan piawai memasak, lulusan Program Studi Statistika Universitas Brawijaya 2014 itu memang lebih banyak membatu di dapur dari pada menjadi “kepala koki”.

Pemegang kendali utama di dalam dapur masih dipegang sang ibu. “Enggak hobi masak juga. Tapi karena dari semua saudara, tinggal aku doang yang di rumah. Jadi bantuin mama buat masak,” ucap putri bungsu dari tiga bersaudara itu.

Menjadi “asisten” di dapur sebenarnya cukup membuat Yasmin tenang. Pasalnya, ia punya pengalaman kurang mengenakkan saat memasak untuk keluarga di rumah.

Ia bilang, sang mama pernah mengkirik bahwa masakan yang ia buat kurang pas di sana-sini. Namun, ia selalu menganggap itu sebagai kritik yang membangun.

“Namanya juga masih belajar masak,” tutur warga Bunulrejo, Kecamatan Blimbing itu.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved