Blitar

Diterjang Banjir, Jembatan Desa Ambrol dan Bikin Warga Terisolir

"Semua pohon besar di atas perkebunan itu ditebang dan diganti tanaman lunak seperti tebu dan pisang, sehingga tak mampu menyerap air hujan,"

Penulis: Imam Taufiq | Editor: fatkhulalami
SURYAMALANG.COM/Imam Taufiq
Jembatan desa ambrol diterjang banjir lumpurdi Blitar 

SURYAMALANG.COM, BLITAR - Hujan deras yang berlangsung seharian Selasa (4/10/2016) dan baru redah, Rabu (05/10/2016) dini hari, menyebabkan ratusan rumah di Desa Ngaringan, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, diterjang banjir lumpur. Tak hanya masuk ke perkampungan, namun air juga merusak tanaman warga.

Akibatnya, warga bakal mengalami gagal panen karena beberapa hektare tanaman padinya terendam air. Bahkan, hewan peliharaan warga, juga banyak yang hilang, seperti enam ekor kambing milik Supriono (37), warga desa setempat, hilang dan sampai kini belum ditemukan.

Sementara, sapi milik Usmani (44), warga desa setempat, yang sempat hilang saat terjadi banjir itu, berhasil ditemukan kembali, Selasa (4/10) malam kemarin.

Selain, sebanyak 200 rumah warga kemasukkan air, banjir juga menerjang jembatan Kalisat, yang ukurannya sepanjang 10 meter dengan lebar 3 meter. Akibatnya, jembatan beton yang dibangun tahun 1990 itu ambrol, sehingga membuat warga di dua desa bakal terisolir karena tak ada jalan pintas lainnya,yang menghubungkan antara Desa Gadungan dengan Desa Garingan.

Agus Trijayanto, Kades Ngaringan, menuturkan, selama ini desanya belum pernah terkena banjir, meski terjadi hujan yang cukup lama. Namun, hujan seharian kemarin itu tiba-tiba air masuk ke perkampungannya. Itu tak lain air kiriman dari lokasi Perkebunan Nusantara Tegar Abadi, yang ada atas perkampungannya tersebut.

Diperkirakan, itu karena banyak pohon besar, seperti Mahoni dan Sengon, yang ada di perkebunan seluas 300 hektare itu, banyak yang ditebang dan diganti dengan tanaman tebu dan pisang.

"Karena semua pohon besar di atas perkebunan itu ditebang dan diganti tanaman lunak seperti tebu dan pisang, sehingga tak mampu menyerap air hujan. Akibatnya, air hujan itu masuk ke perkampungan kami, yang berjarak 1 km dari perkebunan itu," paparnya ditemui di lokasi jembatan ambrol tersebut.

Menurutnya, air bercampur lumpur masuk ke perkampungannya itu bersamaan hujan deras, Selasa (4/10/2016) sore hari.

Melihat air kian meninggi, warga mulai panik, untuk menyelamatkan harta bendanya. Seperti, Ny Suwarni (44), warga Dusun Bintang, Desa Ngaringan, bahkan sudah siap-siap akan mengungsi.

"Untungnya, hujan redah, sehingga kami melarangnya warga untuk mengungsi," ujarnya.

Buntut dari bencana itu, Rabu (05/10) pagi, papar dia, warga desanya akan berdemo ke lokasi perkebunan, untuk menuntut pertanggungjawaban atas banjir yang menerjang perkampungannya. Namun, aksi warga itu berhasil diredam oleh kades, Agus, setelah dikomunikasikan dengan pihak perkebunan.

"Tadi, kalau nggak saya redam, warga sudah siap berangkat naik ke atas (perkebunan), untuk berdemo. Namun setelah saya komunikasikan, pihak perkebunan berjanji siap membantu pembangun jembatan yang ambrol, termasuk mengganti kerugian warga. Di antaranya, kambing yang hilang, dan sumur warga yang tak bisa dipakai karena kemasukkan lumpur, akan diperbaiki.semua," pungkasnya.

Sementara, Supriono (37), warga desa setempat, yang kambingnya hilang, menuturkan, pihak perkebunan harus kembali menanaminya dengan tanaman keras. Seperti, mahoni dan sengon.

"Bila tidak, maka desa kami, akan terancam banjir terus tiap ada hujan. Sebab, mulai saya kecil, baru kali ini ada banjir di desa kami. Itu tak lain karena pohon-pohon besar di perkebunan itu, ditebang semua," paparnya.

Janep Suharianto, Kasi Kedaruratan BPBD Kabupaten Blitar, mengatakan, warga tak usah bergejolak terkait banjir yang baru dialaminya. Sebab, setelah dikomunikasi, pihak perkebunan siap mengganti semua kerugian warga.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved