Malang Raya

Lagi, Pendaki Gunung Semeru Meninggal Dunia di Jalur Pendakian

Meninggalnya Sahat menjadi kasus ketiga dalam sebulan terakhir. 13 September lalu, pendaki asal Pekalongan, Jawa Tengah.

Penulis: Sri Wahyunik | Editor: fatkhulalami
SURYAMALANG.COM/Dyan Rekohadi
Suasana pendakian yang ramai di lereng Mahameru, di area batas vegetasi. 

SURYAMALANG.COM, BLIMBING - Seorang pendaki Gunung Semeru kembali meninggal dunia di jalur pendakian. Sabtu (8/10/2016) pendaki yang dilaporkan meninggal bernama Sahat M Pasaribu (22) asal Sidaamukti, Sukamaju, Cilodong, Kota Depok, Jawa Barat.

Jenazah Sahat hingga sore ini masih disemayamkan di RSUD Lumajang. Petugas Balai Besar Taman Nasional Bromo Tenggger Semeru (BBTNBTS) masih menunggu kedatangan keluarga.

Menurut Kepala Humas BBTNBTS yang berkantor di Kota Malang, Antong Hartadi, pendaki dinyatakan meninggal  dunia sekitar pukul 00.30 Wib.

"01.30 wib, setelah  menyiapkan tandu tim membawa korban turun. Pukul 09.00 wib tiba di Pos Ranupani dan selanjutnya dibawa mobil ke RSUD Lumajang," ujar Antong Hartadi kepada Surya, Sabtu (8/10/2016).

Berdasarkan kronologi yang  disampaikan Antong, rombongan Sahat tiba di Pos Ranupani, Lumajang pada 5 Oktober 2016. Rombongan itu berjumlah  13 orang. Setelah pemeriksaan dokumen persyaratan pendakian, perbekalan, dan pengarahan, rombongan berangkat mendaki.

Rombongan menginap di Ranu Kumbolo. 6 Oktober, rombongan melanjutkan perjalanan ke  Kalimati hingga Cemorokandang. Ketika di lokasi yang mendekati puncak Mahameru itu, cuaca gerimis dan angin kencang.

Pada 7 Oktober 2016, tiga orang dalam rombongan itu meneruskan perjalanan ke puncak  tertinggi di Pulau Jawa, Mahameru (3.676 Mdpl). Pukul 08.00 Wib, Sahat yang tidak ikut ke puncak,  mengalami pusing dan muntah. Rombongan akhirnya meninggalkan Cemorokandang.

Selepas kawasan Kalimati, Sahat terlihat pucat dan linglung serta tidak kuat berjalan. Pukul 16.00 Wib, rombongan mendirikan tenda dan mengobati Sahat.

Dua orang anggota rombongan tetap melanjutkan perjalanan ke Pos Ranupani untuk minta bantuan. Sementara di tenda, kondisi Sahat makin lemah meski sudah diobati dan dibungkus sleeping bag.

Petugas tiba tengah malam, dan memberi pertolongan kepada Sahat. Namun nyawa  karyawan swasta itu tak tertolong.

Meninggalnya Sahat menjadi  kasus ketiga dalam sebulan terakhir. 13 September lalu, pendaki asal Pekalongan,  Jawa Tengah dan 3 Oktober lalu pendaki asal Jakarta Timur.

Meski ada tiga pendaki tewas di jalur pendakian, pihak BBTNBTS tetap membuka jalur pendakian.

"Tetap dibuka. Namun kami kembali himbau kepada pendaki jika tidak sehat," jangan nekat mendaki," tegas Antong.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved