Travelling
Di Objek Wisata nan Indah ini, Warga Masih Berkomunikasi dengan Hantu Bernama Sakai
“Pernah kami coba mau masuk, tapi akhirnya kami terpaksa mundur karena di dalamnya terdapat ular,”
SURYAMALANG.COM - Bukit Gunong Kubing belakangan mulai sering dikunjungi wisatawan.
Bukit yang terletak di di Desa Perpat, Kecamatan Membalong, Belitung ini memang memiliki keindahan alam yang menakjubkan.
Pada bagian puncaknya terdapat telaga dan air terjun.
Namun di balik keindahannya, objek alam ini ternyata juga menyimpan cerita mistis.
Mungkin banyak yang belum tahu.
Kisah ini berkaitan erat dengan keberadaan sebuah gua yang ada pada satu bagian lereng bukit tersebut.
Tak seperti kebanyakan gua alami yang pernah ada di Belitung, gua Mak Santen di Desa Perpat, Kecamatan Membalong tampak bukan terbentuk dari material batuan granit.
Warga setempat menyebut batuan tersebut dengan nama batu pasir.
Tekstur batuannya lebih halus dan gampang pecah.
Pada beberapa bagian bisa dijumpai pasir kuarsa dan mineral logam seperti batu besi dan timah.
Mulut gua Mak Santen memiliki lebar hampir 18 meter dan tinggi kurang
lebih 7 meter.
Sedangkan panjang ke dalam kurang lebih 30 meter dengan ketinggian yang bervariasi.
Struktur gua tampak terbagi menjadi dua ruangan yang dihubungkan oleh sebuang lobang berukuran tinggi 1 meter dan lebar 1,5 meter.
Kedua ruangan di gua tersebut tampak berada dalam satu garis lurus.
Satu ruangan tampak terang dan ruangan lainnya gelap gulita.
Ruangan gua yang terang jauh lebih besar dibandingkan ruang gua yang gelap.
Tidak ada belokan dalam gua Mak Santen. Bagian dasar gua tampak datar dan sebagian besar tertutup kotoran kelelawar dengan bau yang menyengat.
Gerombolan kelelawar tersebut paling banyak menempati ruangan gua yang gelap.
Jokky memprediksi jumlah kelelawar di gua tersebut mencapai puluhan ribu ekor.
Sebenarnya masih terdapat satu lobang lagi di ujung ruangan gua yang gelap.
Lubang berbentuk bulat tersebut memiliki diameter kurang lebih satu meter dan berada di ketinggian sekitar 5 meter dari dasar gua.
Gapabel sejauh ini belum berhasil mengeksplorasi lubang tersebut lantaran keterbatasan peralatan.
Namun menurut warga, lubang tersebut menjadi penghubung ke ruang lainnya.
“Pernah kami coba mau masuk, tapi akhirnya kami terpaksa mundur karena di dalamnya terdapat ular,” kata Mizi, anggota Gapabel Lassar, Sabtu (6/12/2014) sore.
Sejauh pengamatan Pos Belitung, tidak ditemukan adanya jejak peradaban manusia kuno di gua Mak Santen.
Jejak seperti lukisan dan ornamen di dinding gua atau bekas peralatan berburu juga sejauh ini belum pernah ditemukan.
Namun keberadaan gua Mak Santen sejak lama diketahui oleh warga Desa Perpat.
Kotoran kelelawar di gua tersebut juga sudah dimanfaatkan sebagai pupuk oleh warga dari generasi ke generasi.
“Mungkin karena fungsinya sebagai sumber pupuk itulah informasi tentang gua ini sempat terkesan ditutup-tutupi, kami saja butuh waktu cukup lama merayu warga sampai akhirnya bisa diberi tahu lokasi guaini,” kata Jokky.
Dari penelusuran bersama Gapabel, setidaknya terdapat dua gua lain di Gunong Kubing.
Letak kedua gua tersebut saling bersebelahan dengan jarak sekitar 15 meter.
Namun ukuran keduanya jauh lebih kecil dibandingkan dengan gua Mak Santen.
Kedua gua ini berjarak sekitar 50 meter dari gua Mak Santen dengan posisi ketinggian yang hampir sama.
Selain itu kedua gua yang juga dihuni kelelawar ini juga belum mempunyai nama.
Dukun Kampong Desa Lassar Zainudin (60) membenarkan bahwa penggunaan pupuk kelelawar sudah digunakan secara turun temurun.
Bahkan jauh sebelum pemerintah mengenalkan pupuk kimia atau pupuk alternatif
lainnya.
Pria yang biasa disapa Kulup ini menuturkan gua Mak Santen memang sempat dianggap sebagai sebuah tempat keramat.
Pasalnya di zaman dulu pernah ada orang yang datang ke gua tersebut dengan tujuan untuk bertapa atau bernazar untuk menjadi ulubalang.
Bahkan hingga kini warga setempat masih mempercayai bahwa gua Mak Santen dan sekitarnya dihuni oleh makhluk halus.
Makhluk yang disebut dengan nama Sakai tersebut digambarkan sama seperti manusia yakni hidup berkelompok dan mempunyai pimpinan.
“Tuk Santen itu laki-laki, Beliau yang menjadi pimpinan di gua itu, Sakai itu adalah rakyatnya,” kata Kulup.
Selain Mak Santen, Gunong Kubing juga memiliki dua pimpinan lain yakni Datuk Selingkar Alam dan Datuk Bulian Padi.
Kedua datuk tersebut pun memilii sakainya masing-masing.
Dari sejak dulu kata Kulup, Dukun Kampong selalu berkomunikasi dengan Sakai beserta pimpinannya tersebut.
Komunikasi biasanya dilakukan saat hendak melakukan prosesi maras taun.
Tujuannya agar Sakai tersebut tidak mengganggu aktivitas warga di kampung maupun di kawasan Gunong Kubing.
Ia pun mengaku tak keberatan jika gua Mak Santen dikembangkan menjadi obyek wisata.
Namun dengan catatan selama tujuannya baik, tidak merusak, dan bermanfaat bagi warga setempat. (Tribun Jogja)