Kediri

Lahan Bekas Lokalisasi Semampir Kediri Dibongkar, Begini Keluh Kesah Warga yang “Dipaksa” Pindah

"Terus terang kami masih khawatir apakah di tempat baru kami dapat membuka toko lagi. Kalau hanya mengandalkan menjahit tidak cukup untuk kebutuhan"

Penulis: Didik Mashudi | Editor: eko darmoko
SURYAMALANG.COM/Didik Mashudi
Warga RW 5 Semampir, Kota Kediri antre mendapatkan uang kerohiman dan kontrak rumah 

SURYAMALANG.COM, KEDIRI - Warga RW 5 Semampir yang menjadi korban penggusuran, kini mulai menata hidup dari awal. Masalahnya, setelah bertahun-tahun hidup di lahan eks lokalisasi tersebut, mereka harus berpindah di lingkungan baru. Adaptasi sosial ini butuh waktu untuk penyesuaian.

Rudi (52) salah satu warga Semampir korban penggusuran tampak galau saat ikut antre mengambil uang kerohiman dan kontrak rumah di Kantor Kelurahan Semampir. Masalahnya, di lokasi tempat tinggalnya yang baru masih memikirkan apa memungkinkan untuk membuka usaha.

Di tempat lama RW 5 Semampir, keluarga Rudi yang tinggal bersama istri, orang tua dan kedua anaknya dapat membuka toko pracangan. Usaha itu dapat menutup kebutuhan setiap hari. Sedangkan Rudi sendiri selaku kepala keluarga juga nyambi menjadi penjahit hasil progam alih profesi warga terdampak Semampir. Namun  pekerjaan itu kurang menjanjikan penghasilan karena belum tentu setiap hari ada order untuk  menjahit.

"Terus terang kami masih khawatir apakah di tempat baru kami dapat membuka toko lagi. Kalau hanya mengandalkan menjahit tidak cukup untuk kebutuhan keluarga," ungkap Rudi.

Untuk tempat tinggal barunya, Rudi memilih kontrak di wilayah Mojoroto yang dekat jalan. Dia berharap di tempat tinggalnya dapat membuka usaha. Tapi masalahnya tak punya modal untuk usaha.

Untuk uang kerohiman rencananya dipakai untuk kebutuhan selama belum mendapatkan penghasilan. "Kami berharap warga terdampak juga mendapatkan bantuan modal  atau bantuan rombong untuk usaha," ungkapnya.

Ungkapan senada juga dikemukakan Tutik (45) yang juga berharap dapat bantuan untuk modal usaha. Di lokasi lama eks Lokalisasi Semampir, Tutik dapat membuka warung kopi. "Sementara kami masih numpang di rumah saudara. Kami belum tahu mau tinggal di mana," ungkapnya.

Rencananya Tutik bersama keluarganya mau kos di lokasi yang dekat untuk dijadikan membuka usaha. "Kami ditawari tinggal di rusunawa, tapi saya khawatir kalau harus jalan naik turun," ujarnya.

Sementara Yuli (46) mengaku akan memanfaatkan uang kerohiman untuk memenuhi kebutuhan keluarga. "Sementara masih cari rumah kontrakan yang cocok," ungkapnya.

Kabag Humas Pemkot Kediri Apip Permana menyebutkan, bagi warga RW 5 yang tinggal di lahan sertifikat hak pakai (SHP) selain mendapatkan uang kerohiman Rp 2,5 juta juga bantuan kontrak rumah maksimal Rp 5 juta.

Sedangkan warga yang telah mengajukan bantuan sosial tercatat 45 KK. Selain mendapatkan uang kerohiman, ada 20 KK yang juga meminta bantuan uang kontrak rumah. Warga yang meminta uang kerohiman dan bantuan kontrak diperkirakan masih bakal bertambah karena tercatat ada 261 KK yang tinggal di lahan eks Lokalisasi Semampir.

Sementara untuk warga yang mengajukan tinggal di Rusunawa Dandangan ada 5 warga yang telah mengembalikan formulir. Namun yang telah menyatakan positif pindah ke Rusunawa sejauh ini baru 2 KK.
Terkait bantuan modal sejauh ini belum dianggarkan. Namun jika ada warga yang membutuhkan dapat mengajukan ke Kantor Dinas Sosial. Pemkot juga menyiapkan tenda darurat berikut kebutuhan selama seminggu

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved