Kilas Balik Malang

Terpopuler 2016 : Guru Dipecat Karena Lempar Sepatu ke Anak Pengusaha, Netizen Membela

Masih ingat kasus pelemparan sepatu dari seorang guru ke siswa sekolah yang ternyata anak dari pengusaha kaya Geng Wahyudi?

Editor: Aji Bramastra
surya/david yohanes
Geng Wahyudi saat diterima Wakasek Humas SMAN 1 Kepanjen. 

Masih ingat kasus pelemparan sepatu dari seorang guru ke siswa sekolah yang ternyata anak dari pengusaha kaya Geng Wahyudi?

Rentetan berita itu menjadi berita terpopuler di SURYAMALANG pada April 2016.

Terutama, berita soal bingungnya Kasek SMAN 1 Kepanjen, Maskuri, yang diminta untuk memutasi guru karena hal tersebut.

Berita ini memancing reaksi keras dari masyarakat, yang justru merasa iba dengan guru tersebut.

Berikut, kami sajikan lagi berita tersebut.

SURYAMALANG.COM - Kepala SMAN 1 Kepanjen, Maskuri mengaku bingung dan serba salah ketika diminta memutasi Ari, guru yang melempar sepatu ke siswanya.

Kebingungan Maskuri bertambah ketika diminta juga memecat istri Ari yang menjadi guru honorer di sekolahnya.

“Jadi, Wakil Kepala Sekolah bidang Humas dipanggil, dan diminta melaksanakan perintah tersebut. Kami diminta memecat salah satu guru honorer,” ungkap Maskuri, Senin (4/4/2016).

Maskuri tidak mengungkapkan, siapa yang meminta pihaknya melakukan pemecatan itu. Menurutnya, kejadian pelemparan sepatu itu sebuah kecelakaan. Bukan sengaja direncanakan.

“Jadi guru yang bersangkutan tidak berangkat dari rumah dengan niat untuk melempar sepatu kepada siswanya. Maka kami sebut kejadian ini sebuah accident,” imbuhnya.

Masih menurut Maskurin, Ari, guru seni musik yang melempar sepatu, Ari berstatus PNS. Sedangkan istrinya, Rini Astuti berstatus honorer. Karena itu kewenangan untuk memutasi Ari bukan kewenangannya.

Pihaknya hanya punya wewenang untuk memecat Rini. Kondisi inilah yang membuat Maskuri kebingungan. Sebab suami istri ini sama-sama guru kesenian.

“Kalau keduanya keluar dari sekolah ini, kami hanya punya satu guru kesenian. Itu pun statusnya juga honorer. Sementara dua guru tersebut tergolong guru berprestasi,” ujarnya.

Jika SMAN 1 Kepanjen tidak melaksanakan perintah tersebut, maka Maskuri sebagai pimpinan akan mendapatkan sanksi. Karena itu, Maskuri berharap ada solusi dari Dinas Pendidikan. Selain itu, pihaknya juga berharap ada peran DPRD Kabupaten Malang sebagai penengah.

“Sebenarnya kan masalahnya sudah clear, lalu kenapa harus ada perintah ini? Saya berharap semua pihak bisa diselamatkan dalam perkara ini,” pungkasnya.

Kasus ini bermula ketika Geng Wahyudi, orangtua siswa mendatangi sekolah untuk memprotes perbuatan Ari dan Rini.

Geng Wahyudi adalah bos pabrik rokok dan tokoh masyarakat terkenal di Malang.

Menurut Geng, Ari telah melempar sepatu anaknya, sementara Rini telah memarahi anaknya.

Komentar netizen pun bermacam-macam, termasuk, ada yang kasihan dengan guru, dan menyalahkan siswa yang terlalu dimanja.

Seperti komentar berikut ini :

Intan Vicha Sari 
klu aku rasa ini anak nya yg gak bener seorang guru tidak akan bertidak melampaui batas kesabaran...jaman dulu enak murid nakal dijewer dihujum setrap seharian didepan kelas orang tua gak berhak ikut campur suapaya anak tetap jd murid yg tau sopan santun& hormat sllu pada guru tapi skg banyak murid yang gak mormat sm gurunya

Evan Tzr
saya dulu gak cuma di strap, digampar pas di muka cuma gara2 melamun, digebuk tumpukan buku setebal 15 cm pas di kepala, hampir diajak berkelahi guru segala padahal saya dulu gak senakal itu.. guru dulu sangat arogan dan seenaknya.. kita gak berani apa2 padahal anak es de.. beda sama model sekarang.. murid yang arogan dan seenak udelnya.. ckckck

Hendra Wibiksana 
Betul itu. Malahan lebih baik anak sekolahan tahun 1980-1990-an budi pekertinya (dalam hal ini si anak menjadi tahu apa itu sopan-santun setelah ditampar, disetrap, dsb, dimana sebelumnya telah membuat kesalahan). Untuk bukti nyatanya, mungkin bisa bertanya kepada para alumni siswa SMP (yang dekat Bandara Malikus Saleh) yang saat masih sekolah (1980-1998) dapat tamparan dari gurunya saking nakalnya, NAMUN begitu memasuki dunia kerja, mereka rata-rata menjadi PEJABAT. [Berdasarkan penuturan alumni siswa ketika bertemu dengan gurunya di bis umum, padahal si alumni tsb sudah menjadi pejabat atau memiliki jenjang karir yang mumpuni]

Mereka mengatakan "Jika DULU saya TIDAK DITAMPAR oleh Ibu (guru), mungkin saya tidak akan bisa menjadi PEJABAT seperti saat ini".

Apa hikmah dari kisah ini? Segala hal yang baik, pasti akan selalu lahir dari sesuatu yang baik pula(terutama baik budi pekerti/akhlaknya). Jika dari kecil sudah tidak di didik akhlak yang mulia, kemudian dibiarkan begitu saja (LEPAS TANGAN karena khawatir terjerat pelanggaran HAM, mau jadi apa masa depan anak kita? Jadi Preman? Na'udzubillah tsumma na'uzubillahi min dzalik.

(*)

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved