Nasional
Mengenal Sosok Presiden Indonesia Kedua, Soeharto Yang Jarang Diketahui Publik
Banyak yang tertarik dengan cerita di balik sosoknya yang murah senyum tersebut. Termasuk perihal kehidupan pribadinya yang jauh dari sorotan media.
SURYAMALANG.COM - Sosok Presiden Soeharto memang dikenal misterius dan penuh rahasia.
Sosoknya meninggalkan kesan yang sangat mendalam bagi masyarakat Indonesia.
Kiprahnya sebagai Presiden kedua Republik Indonesia, tentunya masih melekat di ingatan setiap orang yang pernah merasakan kepemimpinannya selama tiga puluh dua tahun berkuasa.
Banyak yang tertarik dengan cerita di balik sosoknya yang murah senyum tersebut.
Termasuk perihal kehidupan pribadinya yang jauh dari sorotan media.
Namun, jika ditelisik, ternyata sosok Soeharto atau yang lebih dikenal dengan sebutan Pak Harto ini, memiliki kisah asmara dan kedekatan pada dunia gaib yang sangat menarik untuk dibahas.
Di antara Presiden Indonesia yang pernah menjabat, hanya Soeharto yang memiliki spiritualisme Jawa yang kental demi menopang stabilitas kekuasaannya.
Meski begitu, ternyata dirinya dikenal sebagai sosok yang tidak jago dalam urusan asmara.
Bagaimana kisah selengkapnya? Simak rangkuman tim TribunWow.com dari laman Intisari berikut ini!
Meski Ganteng, Pak Harto ternyata tak pandai dalam urusan percintaan!
Sebelum menikah, Pak Harto memang belum pernah sekalipun punya hubungan khusus dengan perempuan.
Ada yang bilang, dia terlalu pendiam dan pemalu.
Ada yang menyebut dia terlalu sibuk dengan karier.
Padahal dia memiliki paras wajah yang tampan untuk ukuran tentara saat itu.
Meski sudah memiliki ‘modal’ tersebut, ternyata Pak Harto tidak jago dalam urusan asmara.

Kesibukannya di dunia militer sebagai Letnan Kolonel dengan segala tanggung jawabnya yang banyak, membuat Pak Harto kurang memikirkan urusan pribadinya terutama urusan berkeluarga.
Dia terlalu sibuk memikirkan masa depan dan keluarganya saja, mengingat dia juga harus menanggung kehidupan adik-adik tirinya.
Seiring karier militernya kian memucak, kehidupan Pak Harto mulai membaik, saat itu dirinya masih tinggal di Yogyakarta.
Karena kariernya, dia kemudian memiliki rumah sendiri, lengkap dengan fasilitas termasuk mobil dinas.
Masa-masa kejayaan tersebut terjadi pada saat Pak Harto berusia 26 tahun dan belum memiliki istri.
Di rumah dinasnya tersebut, dia hanya tinggal bersama adik tirinya, Probosutedjo, beberapa pengawal, ajudan, dan pembantu rumah tangga saja.
Melihat Soeharto yang masih membujang, orangtua angkatnya pun berkunjung ke Yogyakarta dan membawa misi untuk menjodohkannya dengan seorang putri wedana yang bekerja di Keraton Mangkunegaran, Solo.
Meski ragu karena calon yang dijodohkan adalah keluarga berdarah biru, dia lebih memilih untuk menuruti permintaan orangtua angkatnya saja.
Dia hanya takut jika pihak keluarga perempuan tidak mau menerima dirinya karena dia hanyalah orang biasa.
Perempuan itu adalah Siti Hartinah, putri dari RM Tumenggung Soemoharjomo, yang membuat Pak Harto langsung kepincut pada saat pertama kali bertemu.
Acara lamaran dan pernikahan pun langsung digelar dengan cepat.
Mereka menikah pada tanggal 26 Desember 1947, dan Siti Hartinah resmi menjadi Nyonya Soeharto yang kemudian akrab dengan panggilan Ibu Tien Soeharto.
Tiga hari setelah pernikahan, Ibu Tien diboyong Pak Harto ke Yogyakarta.
Kemudian mereka hidup rukun hingga maut memisahkan.
Dari pernikahannya, mereka memiliki enam orang anak yaitu, Tutut, Sigit, Bambang, Titiek, Tommy, serta Mamiek.
Sosoknya yang Lekat dengan Dunia Gaib, Supranatural, dan Spiritualisme Jawa
Sosok Pak Harto bisa digolongkan sebagai penganut Islam Kejawen, seperti cara para leluhur Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat (Mataram) yang telah berhasil "mengawikan" Islam Kejawen sejak Pemerintahan Raja Sultan Agung (1613-1645).
Dalam keyakinan dan kultur Jawa, dia diyakini memiliki ‘prewangan’ karena latar belakang kehidupan Soeharto yang penuh dengan perjuangan dan selalu selamat bahkan sukses dalam meniti kehidupannya.
Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya pusaka dan paranormal yang dimiliki Soeharto demi melanggengkan kekuasaannya sebagai presiden yang lamanya lebih dari 30 tahun itu.
Konon, sekitar 2.000 pusaka dimiliki Soeharto, di antaranya keris Keluk Kemukus yang membuat pemiliknya bisa menghilang (Majalah Misteri, 1998).
Sementara itu, berdasar tulisan berjudul Dunia Spiritual Soeharto karya Arwan Tuti Artha, Pak Harto juga memboyong topeng Gajah Mada dari Bali, gong keramat dan sejumlah keris pusaka Keraton Surakarta yang terpaksa dikembalikan, karena Surakarta dilanda banjir bandang.
Selain itu, Soeharto pun juga menghimpun sekitar 200 paranormal untuk membentengi kekuasaannya. Kesemuanya memberi nasihat spiritual dan peneropongan gaib.
Lalu apakah Pak Harto bisa digolongkan sebagai orang yang ‘salah’ jika dalam kehidupannya lekat dengan dunia gaib dan supranatural itu?
Tentu saja tidak. Pasalnya kehidupan semua orang selalu terkait dengan masa lalu, sekarang, dan masa depan.
Apa yang terjadi di masa depan serba gaib dan misteri karena orang bersangkutan jika ditanya juga tidak tahu.
Pak Harto juga selalu bercita-cita sebagai Presiden dan juga Raja di Indonesia agar semua rakyat yang dipimpinnya dalam kondisi gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerjo raharja.
Atau sesuai sila kelima Pancasila, ‘Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia’.