Malang Raya

dr Haryudi dari RSSA Kota Malang : Deteksi Dini Gejala Tumor Sebelum Terlambat

Lima pasien tumor kelenjar hipofisa RS Saiful Anwar (RSSA) Kota Malang, menurut dr Haryudi AC SpA, hampir semua datang dalam keadaan terlambat.

Penulis: Neneng Uswatun Hasanah | Editor: eko darmoko
SURYAMALANG.COM/Neneng Uswatun Hasanah
Kiko Krisnanda (dua dari kanan) bersama dpkter dan pasien tumor kelenjar Hipofisa RSSA, Kamis (8/6/2017). 

SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Lima pasien tumor kelenjar hipofisa RS Saiful Anwar (RSSA) Kota Malang, menurut dr Haryudi AC SpA, hampir semua datang dalam keadaan terlambat.

Yafi Wijayanto (18) yang ditangani pada 2014, datang ke dr Haryudi sudah dalam keadaan satu matanya buta total karena tumor yang membesar dan mendesak saraf mata. Begitu pula Pradika Angga Pratama (16) yang kedua matanya sudah tidak bisa melihat, dan Imam Mashuda (18) yang satu matanya buta total.

Sedangkan Nadia Fadiatul Azka (7) mengalami pubertas dini dan telah menstruasi sejak usia 10 bulan. Selain itu, Nadia juga sering mengalami kejang. Kiko Krisnanda (21) juga datang untuk berobat sudah dalam keadaan rahang sudah membesar dan tinggi badannya yang melebihi normal.

"Dokter umum dan guru, serta orang tua harus memahami gejala tumor, antara lain penglihatan mata kabur, tingi badan yang tiba-tiba melejit, kejang, dan pusing. Kalau bisa segera periksakan ke rumah sakit sebelum terlambat," imbau dr Haryudi, Kamis (8/6/2017).

Memang, menurut dr Haryudi, manifestasi tumor kelenjar hipofisa bisa berbeda-beda. Bisa menyerang growth hormon, sexual hormon, atau mendesak saraf mata. Deteksi dini pun bisa pada pemeriksaan semua gejala awal.

Deteksi dini tumor kelenjar hipofisa bisa dilakukan dengan pengukuran tinggi badan dengan kurva pertumbuhan. Tim posyandu harus mewaspadai kurva pertumbuhan yang melejit dengan tidak normal.

"Normalnya pertumbuhan tinggi badan bertambah 5-6 cm setahun. Jika lebih dari itu, bisa mulai diwaspadai," katanya.

Ketiga pasien tumor kelenjar hipofisa, yaitu Nadia, Imam, dan Pradika akan coba pengajuan pengobatan di Australia seperti Kiko dan Yafi.

"Saya akan coba ajukan ke Prof Margareth yang menangani Kiko dan Yafi. Jika sudah disetujui, Child First Foundation juga akan lebih mudah untuk membiayai," tuturnya.

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved