Malang Raya
Dikabarkan Salat di Musala Pantai Balekambang Malang Harus Bayar Karcis, Ini Jawaban Tegas Direksi
Biasanya, sifat dari penarikan uang secara sukarela dimasukkan dalam kotak amal musala. Tidak perlu diberikan karcis kepada wisatawan yang salat.
Penulis: Ahmad Amru Muiz | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM, KEPANJEN - Adanya tarikan uang mushola di kawasan wisata pantai Balekambang dikeluhkan wisatawan. Pasalnya, tarikan uang kepada siapa saja yang menunaikan ibadah salat di musala sebesar Rp 3.000 per orang dirasa telah meresahkan pengunjung wisata.
Salah satu pengunjung obyek wisata Pantai Balekambang yang dikelola PD Jasa Yasa Pemkab Malang, Siti Rochmah asal Karangploso Malang mengatakan, pihaknya baru pertama kali ini menemui untuk salat di musala obyek wisata dikenakan tarif.
Biasanya, sifat dari penarikan uang secara sukarela dimasukkan dalam kotak amal musala. Tidak perlu diberikan karcis kepada wisatawan yang salat.
"Ini yang ganjil bagi kami. Masak salat di musala ditarik uang dan di beri karcis segala. Kami mengharapkan pengelola obyek wisata Balekambang mengevaluasi kebijakan penarikan uang dan dikarcis untuk saalat di musala," kata Siti Rohmah.
Sementara Direktur Administrasi PD Jasa Yasa Kabupaten Malang, Dwi Hari Cahyono mengatakan, manajemen PD Jasa Yasa Kabupaten Malang sebagai pengelola kawasan obyek wisata Balekambang tidak pernah mengeluarkan kebijakan 'karcis musala'.
Artinya, siapapun bisa menunaikan ibadah salat di musala tanpa ada biaya seperti yang dikeluhkan wisatawan.
"Apabila nantinya laporan pengunjung itu benar, maka manajemen bisa memberikan sanksi berat kepada oknum itu," kata Dwi di sela kegiatan Banggar di DPRD Kabupaten Malang.
Memang, diakui Dwi Hari Cahyono, beberapa hari terakhir ini banyak isu yang menyudutkan pengelola Wisata Pantai Balekambang. Di antaranya isu yang berkembang kalau di area wisata terjadi tindak pidana pemerasan terhadap para pengunjung. Namun ketika dilakukan investigasi ternyata isu itu tidak pernah terjadi.
"Maka dari itu, kami curiga keluhan wisatawan yang harus membayar uang ketika akan salat di musala termasuk hal yang tidak benar dan hanya salah komunikasi saja. Tapi kami akan coba telusuri nanti soal keluhan itu," tambah Dwi Hari Cahyono.