Nasional
Kini Keluarga Ini Tinggal di Bekas Kandang Sapi, Tempat Tinggal Sebelumnya Malah Lebih Miris
Sekarang keluarga ini tinggal di bekas kandang sapi. Kondisi tempat tinggal sebelumnya malah lebih memprihatinkan.
SURYAMALANG.COM, RIAU - Karena himpitan ekonomi, keluarga di Desa Kampung Pulau Singkayang, Kecamatan Rengat, Riau ini harus tinggal di gubuk bekas kandang sapi.
Kisah tersebut datang dari keluarga Suryanto.
Sebelumnya kisah keluarga ini tersebar di media sosial.
Rumah Suryanto berjarak sekitar lima kilometer dari pusat Kecamatan Rengat.
Seperti dilansir Tribustyle.com dari laporan wartawan Tribun Pekanbaru, Bynton Simanungkalit, Kamis (8/9/2017), rumah Suryanto terbuat dari kayu tua berukuran empat kali lima meter beratap rumbia.
Suryanto tinggal di tempat itu bersama istri dan satu anaknya.
Tempat itu berada di tengah kebun sawit.
Sekeliling rumahnya ditumbuhi pohon kelapa sawit berumur kisaran delapan hingga sepuluh tahun.
Rumah itu bukan milik mereka, melain milik orang lain.
Sebenarnya bangunan itu adalah kandang sapi sebelum dialih fungsikan menjadi tempat tinggal.
Suryanto memiliki keterbatasan dalam membaca, menulis, dan berhitung.
Bahkan dia tidak bisa membedakan nilai uang rupiah yang beredar untuk pembayaran.
Maklum, Suryanto hanya tamatan kelas satu sekolah dasar.
Keterbatasan, membuat Suryanto hanya mencari pekerjaan yang mengandalkan otot.
Suryanto dan istrinya bekerja sebagai pengupas pinang.
Kadang dia juga membersihkan kebun orang dan mencari kayu bakar untuk mendapatkan uang.
Hal itu harus mereka lakukan agar mampu membeli beras.
“Kami hanya menumpang. Saya mendapat upah mengupas pinang itu dari paman saya,” katanya.
Bahkan Suryanto harus memendam keinginanya membeli sepeda demi menjaga perut agar tetap terisi.
Suryanto menyebut sebenarnya sepeda itu bisa membantunya sebagai alat transportasi untuk mencari ladang orang yang hendak dibersihkan atau sekedar menjual kayu bakar ke pasar.
Selama ini Suryanto harus berjalan beberapa kilo meter untuk mencari ladang orang yang harus ditebas.
Namun pada daya, dia tidak memiliki uang sebesar itu.
“Kata kawan saya kemarin, ada orang yang mau menjual seharga Rp 150.000. Tetapi saya tidak punya uang,” katanya.
Suryanto sudah tinggal di ‘gubuk’ itu selama setahun terakhir.
Sebelum tinggal di kandang sapi, Suryanto pernah tinggal di pondok kebun milik orang lain yang kondisinya lebih parah.
“Kalau hujan, kami harus berteduh di sudut bangunan gar tidak basah,” tambahnya.
Menurutnya, kondisi tempat tinggalnya sekarang masih lebih baik, dibandingkan tempat tinggal sebelumnya.
Tidak ada bocor meski rumah itu sempit dan kotor.
“Paling nyamuk yang sering mengganggu. Biasanya kami menghidupkan api agar nyamuknya hilang,” katanya.
Himpitan ekonomi, juga membuat Suryanto kehilangan seorang anaknya karena sakit.
Namun, dia masih bersyukur karena kadang ada masyarakat yang peduli sekedar menyumbangkan beras pada keluarganya.
Ketua RT 08 tempat Suryanto domisili, Sapri mengatakan keluarga itu memang sudah lama tinggal di wilayahnya namun terdaftar sebagai warga di sana.
Hal ini disebabkan karena Suryanto dan istrinya tidak memiliki KTP apalagi KK.
Sapri tidak diam atas persoalan ini.
Dia mengingatkan Suryanto dan istri bisa membuat KTP dan KK.
“Namun setelah saya telusuri, Suryanto dan istri belum menikah secara sah di bawah hukum negara sehingga mereka belum buku nikah,” ujarnya.
Oleh karena itu, pihak desa berharap Suryanto dan istri segera mengurus buku nikah dan bisa mendapat KTP lalu kemudian mengurus KK.
Kondisi keluarga Suryanto yang tinggal di bekas kandang sapi itu menyita perhatian para mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Indragiri.
Jefri, salah satu mahasiswa STIE yang ikut mendampingi Tribun ke lokasi rumah Suryanto, mengungkapkan bahwa dalam waktu dekat pihaknya akan menggalang donasi untuk membantu keluarga Suryanto untuk mendapatkan rumah yang layak.
Berita ini sudah dimuat di Tribunstyle.com dengan judul Walaupun Tinggal di Kandang Sapi Keluarga Ini Tetap Bersyukur, Alasannya Sungguh Menyentuh