Malang Raya
Awas, Ada Tiga Titik Rawan Longsor di Kota Batu, Simak Juga Data Longsor Selama Ini
Pada data yang dikeluarkan, sepanjang 2017, ada 22 peristiwa longsor di Kota Batu.
Penulis: Benni Indo | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM, BATU – Musim hujan di awal 2018 ini berpotensi menimbulkan bencana longsor dan banjir.
Di Kota Batu, ada tiga titik yang menjadi perhatian serius Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu.
Tiga titik itu adalah kawasan jalur Payung, Desa Sumber Brantas dan Desa Gunung Sari.
Ahmad Khoirur Rochim selaku Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Batu mengatakan kalau petugas telah berupaya memberikan antisipasi dini di kawasan tersebut.
Antisipasi itu berupa pemasangan alat alarm serta edukasi ke masyarakat yang berada di kawasan rawan bencana.
“Kalau secara umum, berdasarkan pemetaan, kawasan yang memiliki memiringan di atas 40 derajat berpotensi longsor. Ada di Sumber Brantas, Gunung Sari, dan Jalur Payung. Kalau edukasi sudah kami lakukan, kesiapsiagaan terutama masuarakat yang kawasan pemukiman sudah dilaksanakan,” paparnya, Kamis (18/1/2018).
Di samping itu, petugas BPBD juga melatih diri untuk meningkatkan kapasitas penanganan bencana.
BPBD ingin menanggapi respon dengan akurat karena upaya utama dalam menanggulangi bencana adalah menyelamatkan jiwa.
“Kalau yang rawan longsor dan banjir di musim hujan ini, potensinya ada. Tapi sulit untuk memastikan. Makannya yang bisa kami lakukan upaya meminimalkan dampak dengan membuka posko dan respon tepat. Alhamdulillh sejauh ini belum ada laporan jiwa. Semoga tidak ada,” lanjut Rochim.
Kapolres Batu AKBP Budi Hermanto mendorong agar kepedulian masyarakat terhadap kondisi alam ditingkatkan.
Apalagi Kota Batu yang kawasannya banyak terdapat bidang miring.
Dalam pemaparannya, meningkatnya curah hujan sejak awal tahun cenderung ekstrim dan berpotensi bencana.
“Maka ada saber pungli dari berbagai elemen masyarakat sangat penting. Mereka akan terus menyosialisasikan kepedulian lingkungan agar Kota Batu tetap memiliki alam yang natural,” paparnya.
Menurut Budi, manajeman bencana perlu dibahas oleh berbagai pihak.
Termasuk di antaranya adalah para akademisi dari perguruan tinggi.
Para akademisi akan dimintai masukan serta memungkinkan memberikan ide-ide cemerlang dalam rangka penanganan bencana.
“Manajemen bencana ini nanti dibahas dengan akademisi dari universitas. Contohnya, penanganan bencana waktu cepat, tenaga tepat dan tidak sampai timbul korban dan materi,” jelasnya.
Pada data yang dikeluarkan, sepanjang 2017, ada 22 peristiwa longsor di Kota Batu.
Tiga peristiwa tanah ambles dan 20 kejadian banjir.
Sedangkan yang lain ada 13 plengsengan ambrol dan dua peristiwa banjir dan tanah longsor.
Kecamatan Batu menempati posisi teratas sebagai kecamatan yang banyak terjadi longsor yakni 12 kali.
Disusul posisi kedua adalah Kecamatan Bumiaji 8 kali dan Kecamtan Junrejo 2 kali.
Tren kenaikan bencana dari 2016 ke 2017 meningkat sebesar 17.5 persen.
Pada 2016 tercatat ada 94 jumlah bencana, sedangkan 2017 ada sebanyak 114.