Tulungagung
Video Purel Topless di Tempat Karaoke, Buka Tabir Pola Baru Prostitusi Pelajar di Tulungagung
Pada Juli 2014, Harian Surya pernah menurunkan tulisan tentang fenomeda pelacuran pelajar di Tulungagung.
Penulis: David Yohanes | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM, TULUNGAGUNG - Video mesum seorang pemandu lagu yang bertelanjang dada di ruang karaoke menghebohkan Tulungagung.
Dalam video itu, diyakini purel atau pemandu lagu yang topless itu adalah seorang siswi sebuah SMA Negeri di Tulungagung.
Polisi pun memastikan, pemeran dalam video itu memang seorang pelajar.
Polisi masih mendalami video itu, berdasar Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
“Kami sedang mendalami, siapa yang mengambil video itu dan menyebarkannya,” ucap Kasat Reskrim Polres Tulungagung, AKP Mustijat Priyambodo.
Polisi juga masih melakukan pendalaman. Sebab pelaku dalam video itu masih berstatus pelajar di bawah umur.
Tidak menutup kemungkinan, ada pihak-pihak yang akan dijerat dengan Undang-undang Perlindungan Anak.
Mencuatnya video mesum seorang siswi SMA yang menjadi pemandu lagu ini sebenarnya tidak mengejutkan.
Pada Juli 2014, Harian Surya pernah menurunkan tulisan tentang fenomeda pelacuran pelajar di Tulungagung.
Ketika itu para pelajar yang punya pekerjaan sampingan ini, bekerja terang-terangan.
Mereka melayani tamu di hotel-hotel, lewat perantara mucikari.
Bukan saja melayani tamu, para pelajar ini juga menjadi simpanan hidung belang.
Penegak hukum dibantu LSM perlindungan anak kemudian melakukan upaya pemberantasan prostusi ini.
Polda Jawa Timur sempat menangkap dua orang perempuan yang mucikari pelajar.
Satu di antaranya sedang hamil.
Sejak saat itu pelacuran pelajar seolah menghilang, tidak lagi terang-terangan seperti sebelumnya.
Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Tulungagung, Winny Isnaeni mengatakan, segala upaya sudah dilakukan untuk memberantasan prostitusi anak.
Namun sebenarnya fenomena ini tidak hilang, hanya saja mereka mengubah polanya.
“Tetap ada, hanya saja polanya yang sudah berganti. Nah, mencari dan menemukan pola baru mereka sekarang ini yang sulit,” terang Winny.
Pola gerak para pelaku ini yang sangat cepat dan terus berubah.
Salah satunya, para pelajar nakal ini beralih menjadi pemandu lagu atau purel.
“Sering kali para pemangku kepentingan merancang strategi, jika sudah ada kasus yang terungkap,” tambah Winny.
Lanjutnya, fenomena prostitusi anak ini memang tidak lepas dari angka perceraian dan angka buruh migran.
Setiap kali angka perceraian naik, maka kasus seksual yang melibatkan anak juga turut naik.
Sedangkan keberadaan buruh migran turut menimbulkan masalah terkait pengasuhan anak.
Karena itu LPA dan pemangku kepentingan tengah menggalakkan “parenting” di tingkat desa.
“Tapi respon masyarakat juga buruk terhadap gerakan parenting ini. Biasanya mereka baru sadar, setelah anaknya jadi korban,” pungkas Winny.