Pasuruan

Bisnis Esek-esek di Tretes, Kabupaten Pasuruan Tak Bisa Mati, Ternyata Ini Penyebabnya

Selama ini perempuan penghibur itu sudah menjalani sidang tipiring. Hasilnya, ada yang pernah didenda.

Penulis: Galih Lintartika | Editor: Zainuddin
SURYAMALANG.COM/Galih Lintartika
Satpol PP Kabupaten Pasuruan merazia di Tretes 

SURYAMALANG.COM, PASURUAN – Satpol PP sudah sering menertibkan prostitusi di kawasan wisata keluarga Tretes, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan.

Namun, para wanita penghibur maupun pria hidung belang tetap sering berbuat maksiat di tempat wisata itu.

“Padahal ancaman hukuman bagi pelanggar perda ini tidak ringan.”

“Bisa dalam bentuk uang, dan bisa juga dalam bentuk kurungan badan,” kata Yudha Kepala Satpol PP Kabupaten Pasuruan kepada SURYAMALANG.COM, Kamis (1/2/2018).

Selama ini perempuan penghibur itu sudah menjalani sidang tipiring.

Hasilnya, ada yang pernah didenda uang.

Ada pula yang dipulangkan secara paksa melalui Dinas Sosial Kabupaten Pasuruan.

Namun, hukuman dari sidang tipiring ini tidak membuat wanita penghibur itu jera.

Ada beberapa orang yang kembali lagi ke lokalisasi ini, dan menjajakan diri.

“Kami tidak bisa melakukan apa-apa selain melalukan fungsi untuk pemberantasan.”

“Selama masih ada indikasi pelacuran, kami akan berantas.”

“Jadi, pola yang kami lakukan adalah kuat-kuatan antara wanita penghibur dan Satpol PP.”

“Mereka ada, kami juga selalu ada,” terangnya.

Dalam pemeriksaan selama ini, ada beberapa alasan yang membuat para perempuan ini kembali ke Tretes.

Di antara alasannya wanita penghibur itu adalah mereka sudah tidak bisa diterima di keluarganya.

Makanya mereka memilih bertahan di lingkungan seperti itu.

Menurut Yudha, pihaknya pernah memulangkan wanita penghibur ke rumahnya sesuai KTP.

Bahkan Yudha pun ikut mengantarkan wanita itu sampai depan rumahnya, seperti Malang, Surabaya, Bojonegoro, Bandung, Purwokerto, dan sebagainya.

Yudha pun tahu sendiri bentuk penolakan keluarga terhadap para wanitaitu

Selain itu, ada wanita yang menjadi penghibur karena faktor ekonomi.

Jadi mereka bertahan di Tretes karena tanggung jawan menghidupi anaknya.

Mayoritas yang memiliki faktor itu adakag janda dan tinggal suaminya.

Akhirnya, mereka memilih menjadi penghibur untuk menghidupi anak dan keluarganya.

“Mayoritas bukan orang Pasuruan.”

“Kalau dipresentasikan, orang Pasuruan mungkin kurang dari 10 persen.”

“Sisanya berasal dari luar Pasuruan, seperti Bandung, Purwokerto, Malang, dan sebagainya.”

“Bahkan ada perkumpulan orang dari Solo, Bandung, dan beberapa daerah lain di sini,” jelasnya.

Yudha menegaskan pihaknya tidak akan jera atau bosan memberantas pelacuran.

“Kami sudah panggil beberapa pemilik wisma.”

“tetapi banyak pemilik wisma yang mangkir atau tidak hadir tanpa alasan.”

“Setelah ditelusuri, ternyata mayoritas pemiik wisma bukan orang Pasuruan,” terangnya.

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved