Travelling

Perayaan HUT Kota Malang, Kalian Bisa Ngopi Gratis di Lokasi Ini, Jangan Sampai Terlewatkan

HUT Kota Malang ke-104 turut dimeriahkan oleh komunitas pecinta kopi. Selama sebulan penuh di bulan April, ada 20 gelas kopi gratis

Penulis: Benni Indo | Editor: eko darmoko
SURYAMALANG.COM/Benni Indo
Kemeriahan pembukaan Malang Sejuta Kopi di Matos, Minggu (1/4/2018). 

SURYAMALANG.COM, KLOJEN – HUT Kota Malang ke-104 turut dimeriahkan oleh komunitas pecinta kopi. Selama sebulan penuh di bulan April, ada 20 gelas kopi gratis bagi siapapun yang mampir di 41 kedai kopi di Kota Malang, Kota Batu dan Kabupaten Malang.

Di antaranya adalah Black Canyon Coffee, Social Palace, Loji Cafe Hotel Pelangi, Omah Luwak Coffee and Roastery serta beberapa kedai lainnya yang tersebar di kawasan Malang Raya. Secara simbolis, acara ngopi gratis 20 gelas itu dibuka di Malang Town Square (Matos) dengan judul Malang Sejuta Kopi, Minggu (2/4/2018).

Tidak sedikit warga yang berkunjung ke Matos mampir ke sejumlah kedai yang hadir di acara tersebut. Ada lima kedai sebagai langkah awal pembukaan Malang Sejuta Kopi. Berbagai macam jenis kopi ditampilkan seperti Robusta Dampit, Gayo Wine, Kopi Lanang dari Lereng Arjuno dan Blue Batak.

Mereka berasal dari kedai-kedai kopi se Malang Raya. Pakaian yang mereka kenakan pun pakaian daerah. Nuansa retro semakin kental terlihat saat ornamen-ornamen seperti sepeda tua dan baju kebaya hadir di sejumlah stand.

Selain varian kopi, terdapat juga lukisan yang terbuat dari ampas kopi. Lukisan dari ampas kopi itu dibuat oleh Wirastho yang berasal dari Kepanjen, Kabupaten Malang.

Di HUT Kota Malang yang 104, Wirastho melukis Alun-alun Tugu Kota Malang dengan latar belakang Balaikota Malang. Lukisan itu ia buat sejak pagi hingga siang hari. Banyak pengunjung yang tertarik dengan lukisan Wirastho.

Inisiator acara Malang Sejuta Kopi, Budiarto (48) yang akrab disapa Sam Idub menjelaskan ada dua misi yang diemban. Pertama adalah untuk mengedukasi masyarakat mengenal kopi sehat. Kedua, Sam Idub ingin kawasan Malang Raya menjadi destinasi kopi.

Kopi sehat, jelasnya, cirinya antara lain biji kopinya utuh. Menurut Sam Idub, selama biji kopinya utuh, warna tidak menjadi persoalan. Pasalnya, biji yang utuh menandakan kalau biji kopi itu sehat. Hal itu berbeda dengan biji kopi yang berlubang.

Tak sampai di situ saja, untuk mengolah kopi yang bagus juga harus memperhatikan tekstur tanah dan pemanenan kopi. Kopi yang sudah dipanen, lantas direndam. Kopi yang terapung disingkirkan. Lalu diproses lagi hingga akhirnya nanti siap digiling.

“Biji kopinya diproses dengaj benar agar menunjukkan biji kopi sehat. Setelah itu juga cara seduh yang sehat,” terang Sam Idub, Minggu (1/4/2018).

Dilanjutkan Sam Idub, kopi harus digiling sebelum diseduh. Jangan menyimpan gilingan kopi terlalu lama. Jika terlalu lama, akan menghilangkan cita rasa kopi itu sendiri.

Setelah digiling, lalu dimasukkan ke dalam gelas. Lantas dibasahi air hangat yang sudah dipanaskan di temperatur 87 derajat celcius hingga 90 derajat celcius.

“Setelah itu ditunggu 30 detik. Selama 30 detik itu, akan keluar gas. Itu yang bikin kembung. Lalu ditungakan air panas lagi sampai penuh,” ujarnya.

Sam Idub juga menekankan agar meminum kopi tanpa menggunakan gula. Menurutnya, justru gula itu yang membuat kopi tidak sehat.

Ada efek domino jika mengkonsumsi kopi sehat. Jika banyak orang membuthukan kopi sehat, maka permintaan biji kopi akan meningkat. Secara tidak langsung juga akan membantu para petani kopi meningkatkan produksi kopi mereka.

“Kebutuhan petani besar jika kebutuhan kopi sehat meningkat,” tegasnya

Pengunjung juga bisa belajar lebih banyak lagi soal kopi di acara Malang Sejuta Kopi. Sam Idub mengaku sangat terbuka kepada siapapun yang datang dan ingin berbincang-bincang dengan kopi.

Selanjutnya adalah soal Malang Raya menjadi tujuan kopi. Sam Idub memulai memberikan penjelasan posisi geografis Malang Raya yang terletak di empat lereng gunung.

“Ada Gunung Semeru, Arjuino, Bromo dan Kawi,” paparnya.

Kondisi geografis itu merupakan kekhasan tersendiri bagi kawasan Malang Raya. Pasalnya, cita rasa kopi yang berada di lereng gunung di Malang Raya memiliki perbedaan dengan sejumlah kopi dari berbagai daerah lainnya di Indonesia.

“Bahkan di Sumber Manjing Wetan saja ada desa namanya Desa Sidoasri. Di sana ada kopi di tepi pantai. Robusta tapi ada rasa asin,” jelasnya.

Peserta lain yang ikut dalam kemeriahan Malang Sejuta Kopi itu adalah Bayu Cakra Buana (26). Pria asal Pemalang itu mengatakan mengikuti kegiatan Malang Sejuta Kopi untuk menambah pengalaman. Bayu yang sehari-hari menjadi barista di Omah Luwak Coffee and Roastery itu merasa senang bisa turut memeriahkan Malang Sejuta Kopi.

Menurutnya, anak-anak muda di Kota Malang harus mengenal potensi kopi di kawasan Malang Raya. Hal itu sangat berguna untuk meningkatkan produksi kopi di Kota Malang. Dengan mengenal kopi secara baik, otomatis akan membuat anak-anak muda mengkonsumsi kopi yang baik.

“Jadi kalau ada acara seperti ini sangat bagus untuk mengedukasi masyarakat, khususnya anak-anak muda,” tandasnya.

Menurut Bayu sendiri, setiap tahun penggemar kopi di Kota Malang terus meningkat. Ia pun meyakini jika suatu hari nanti bisnis kopi di Kota Malang semakin menggeliat.

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved