Malang Raya

Mahasiswa Sosiologi UB Teliti Dampak Sosial Pembangunan Tol Malang - Pandaan

Prodi Sosiologi Universitas Brawijaya ( UB) Malang meneliti dampak sosial pembangunan tol Malang yang saat ini sedang dikerjakan.

Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: yuli
sri wahyunik
Pembongkaran area yang bakal menjadi akses keluar masuk tol Malang - Pandaan (Mapan) di Madyopuro, Kota Malang belum sepenuhnya rampung. 

SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Prodi Sosiologi Universitas Brawijaya ( UB) Malang meneliti dampak sosial pembangunan tol Malang yang saat ini sedang dikerjakan. Tol ini dibangun pemerintah untuk mengurai kemacetan yang kerap terjadi menuju atau keluar Malang.

"Ada 150 mahasiswa yang terlibat dan dibagi 27 tim. Mereka turun ke lapangan," jelas Dhanny S Sutopo MSi, Dosen Sosiologi UB pada Suryamalang.com, Rabu (18/4/2018). Penelitian ini sejak awal semester genap lalu, Februari dan diharapkan sudah selesai Mei 2018.

Para mahasiswa diterjunkan penelitian di sejumlah titik dimana ruas jalan tol itu melintasi. Terpanjang memang ada di wilayah Kabupaten Malang. Mulai masuk Kecamatan Lawang sampai Kecamatan Pakis. Kemudian baru masuk wilayah Kota Malang.

"Ide pembangunan tol bagus. Namun saat riset juga ditemukan hal-hal remeh temeh sampai yang krusial sebagai dampak sosialnya," ujar Dhanny. Namun meski 90 persen data sudah didapat namun masih perlu dianalisa. Dari beberapa mahasiswa yang ikut riset di lapangan menemukan cerita menarik.

Misalkan Imam R Fikri yang mendapat tugas riset di Dusun Benel, Desa Baturetno, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.

"Saya fokus penelitian tentang dampak ganti rugi pada warga," kata Imam. Ia membagi tiga kelompok warga. Pertama, warga miskin dan kedua, rata-rata. Ketiga, warga kaya.

Pada warga pertama dan kedua, ketika mendapat ganti rugi dari pembangunan jalan tol, lebih banyak konsumtif. Misalkan pembelian elektronik dan otomotif. Sedang pada warga kaya, mereka membeli lahan baru untuk menggantinya. "Kalaupun beli mobil untuk mendukung usaha," jelas Imam.

Sedang kelompok satu dan dua membeli otomotif untuk konsumerisme. Uang ganti rugi yang didapat warga desa itu antara Rp 60 juta sampai Rp 2 miliar. Dari ganti rugi itu juga ada yang membuatkan rumah lebih baik dan lebih besar. Namun biaya pemeliharaan rumah lebih mahal.

Karena ada yang untuk bayar listrik sebulan Rp 350.000. Sementara pendapatan kurang dari Rp 1 juta. Sedang Candra Megah Pratama meneliti di Desa Banjararum, Kecamatan Singosari. "Saya fokus pada penutupan situs Watugede," ujar Candra. Situs yang berada di Dusun Tanjung itu kerap dijadikan tempat ritual.

Khususnya bagi komunitas kuda lumping di desa itu. Sebelum pementasan, biasanya mereka ke situs itu untuk memanggil makhluk halus. Namun untuk jalan tol akhirnya diambil kebijakan menimbunnya.

Sehingga tak dipindahkan. Sebab ada keyakinan bahwa dibawah batu besar itu ada sumber air. Jika dirusak seperti dipindah diyakini akan membuat banjir dusun itu. Sedang Rida Ayu meneliti di Desa Asrikaton, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang.

Dampak sosialnya antara lain masalah uang bisa mengganggu kekerabatan atau konflik internal di keluarga. Sedang Salsabila meneliti dampak UMKM di Desa Baturetno karena ada penggusuran.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved