Trenggalek
Tak Disangka, di Sinilah Pengajar Tari di Trenggalek Meniduri Muridnya, Modusnya Sederhana Banget
Modus Pengajar Tari Barong di Trenggalek Cabuli Anak-anak Sungguh Tak Teduga, Bikin Tetangga Resah
SURYAMALANG.com, Trenggalek - Polisi menangkap Hadi Ma'rufin (41), tersangka pencabulan di bawah umur asal Dusun Karangtengah, Desa Sukorame, Kecamatan Gandusari.
Petani yang juga pengajar tari barong ini diduga mencabuli sekurangnya 10 anak yang belajar, terungkapnya pencabulan HM bermula dari keresahan warga.
HM kerap mengumpulkan anak-anak dan mengajar tari barongan. Warga sudah sering memeringatkan HM, namun tidak pernah digubris.
Puncaknya pada Kamis (12/4/2018) warga bersama polisi membubarkan aktivitas di rumah HM.
Ketika itu beredar kabar ada pesta miras dan seks bebas di rumah HM.
Polisi lalu mengevakuasi anak-anak berusia 10 hingga 15 tahun yang belajar kepada HM ke Polsek Gandusari.
Saat itu ada 15 anak laki-laki dan tujuh anak perempuan yang bergabung dalam grup jaranan dengan nama IPENKA. Ketuanya adalah HM.
Dari sinilah perbuatan bejat itu diketahui. Pengakuan anak-anak ini, mereka kerap melakukan ritual pengisian pulung.
Ritual ini kerap membuat mereka kesurupan, bahkan ada korban yang melapor telah dicabuli HM.
"Kami telah melakukan penyisiran di rumah HM untuk menemukan barang bukti, antara lain selimut, barongan, serta berbagai barang lain," terang Kasat Reskrim Polres Trenggalek, AKP Sumi Andana, Selasa (17/4/2018).
Dalam pemeriksaan, Hadi menuturkan dirinya hanya menyetubuhi satu orang anak.
Selain itu ada 9 anak lainnya hanya dicabuli, seperti diremas-remas bagian vitalnya.
"Saya menyesal, saya minta maaf kepada semua anak yang menjadi korban," ujar Hadi, saat di Mapolres Trenggalek.
Ritual memasukkan pulung hanya sebagai kedok. Ritual ini sebenarnya hanya memasangkan ikat kepala yang sudah diberi mantra.
Ritual ini hanya dilakukan di ruang tamu, dilanjutkan menonton pertunjukan tari barongan di ruang tamu bersama-sama.
"Saat itu saya khilaf, awalnya ingin mengobati (salah satu korban) yang jatuh dari motor," ucap Hadi.
Hadi sebenarnya memang penari barongan yang biasa pentas bersama kelompok jaranan.
Laki-laki yang bekerja sebagai petani ini sudah ikut kelompok jaranan sejak.
Namun Hadi melatih anak-anak menari barong sekitar satu bulan sebelumnya.
"Kebetulan ada satu anak yang saya latih, dia mengajak teman-temannya sehingga berkumpul banyak anak," tuturnya.
Semua korban yang sudah diketahui saat ini berasal dari Kabupaten Tulungagung.
Saat ini tari barongan memang tengah naik daun baik di Tulungagung, maupun Trenggalek.
Banyak anak-anak muda yang mempelajari tarian ini, bahkan membeli barongan sendiri.
Anak-anak yang diasuh Hadi membuat perkumpulan bernama IPENKA, namun Hadi mengaku tidak tahu apa kepanjangan IPENKA.
"Anak-anak yang membuat, saya tidak tahu apa artinya," tambah Hadi.
Sejauh ini belum ada anak didik Hadi yang benar-benar bisa menari barongan dan pentas.
Terungkapnya kasus ini bermula dari kekesalan warga, karena aktivitas Hadi bersama anak didiknya yang tak kenal waktu.
Puncaknya pada Kamis (12/4/2018) warga bersama polisi membubarkan aktivitas di rumah Hadi.
Ketika itu beredar kabar ada pesta miras dan seks bebas di rumah Hadu. Namun Polisi memastikan tidak ada miras dan seks bebas.
Polisi mengevakuasi 15 anak laki-laki dan tujuh anak perempuan berusia 10 tahun hingga 15 tahun.
Dari pengakuan anak-anak ini, mereka kerap melakukan ritual pengisian pulung.
Pascapembubaran aktivitas di rumah Hadi, satu orang anak melapor pernah disetubuhi Hadi.
Dari pengembangan penyidik Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (UPPA) Polres Trenggalek, ada sembilan anak lainnya yang dicabuli Hadi.