Kisah 9 Wanita yang Melindungi Inggris Dari Ancaman Nuklir Di Era Perang Dingin

Kala itu dunia tengah dicekam akan terjadinya perang nuklir, 9 wanita ini menjadi pelindung Inggris dari serangan nuklir. Begini kisahnya

Para Wanita yang menjadi mata dan telinga menghadapi ancaman rudal nuklir 

SURYAMALANG.COM - Perang Dingin yang berlangsung selama periode 1947-1991 menjadi masa paling menakutkan bagi dunia saat itu.

Perang yang dimaksud adalah ketegangan militer dan politik antara dua kubu, Uni Soviet dan Amerika Serikat beserta sekutunya.

Saat itu dunia terancam dilanda perang pemusnahan massal yaitu perang nuklir.

Maka negara-negara maju lainnya seperti Inggris lantas melakukan langkah pertahanan defensif demi menghadapi kemungkinan dampak terburuk Perang Dingin.

Program pertahanan ini kemudian diberi nama sandi 'Rotor' oleh angkatan perang Inggris.

Teknisnya program Rotor melibatkan pihak angkatan udara (Royal Air Force/RAF) Inggris untuk membangun sebuah bunker rahasia pada tahun 1953 sebagai stasiun radar pengintai instalasi rudal nuklir milik Uni Soviet.

Bunker itu terletak di dataran Holderness, East Yorkshire.

Bunker rahasia itu kemudian dinamai RAF Holmpton karena berada di desa Holmpton.

Bahkan dipintu masuk Bunker dibangun sebuah rumah untuk menyamarkan bahwa dibawahnya adalah bunker rahasia.

suasana di dalam bunker
suasana di dalam bunker ()

Menariknya, para operator radar di RAF Holmpton bukanlah laki-laki namun malah sekumpulan wanita dari berbagai usia.

Sembilan orang wanita itu ialah personel RAF yang sudah dilatih dalam hal pengoperasian radar.

Mereka memikul tanggung jawab berat dan menyangkut keselamatan nasional negara Inggris.

Karena tugas kesembilan wanita itu adalah mengawasi serta memberi peringatan dini selama 24 jam tanpa henti tiap harinya jikalau Soviet mengirimkan misil nuklir atau pesawat tempurnya ke Inggris.

Tak hanya itu saja, jika nuklir terlanjur meledak dan meluluhlantakan Inggris mereka harus segera melakukan konsolidasi dengan pihak terkait untuk memulihkan ketertiban dan konstitusi negara Inggris.

"Biasanya satu atau dua pesawat tempur akan terlacak, lantas RAF akan mencegat dan mengawal mereka keluar dari wilayah udara kami."

"Mereka biasanya berasal dari Uni Soviet."

"Itu terjadi cukup sering selama periode Perang Dingin dan membuat kita tetap waspada." ujar Cpl Huitt salah satu pengoperasi radar saat itu.

cpl Huitt
cpl Huitt ()

Cpl Huitt juga mengaku dirinya sangat menikmati pekerjaannya meskipun resikonya sangat besar.

"Kami mendapat dua pertiga dari gaji seorang personel pria."

"Jika diantara kami ada yang hamil maka akan dipulangkan sampai melahirkan lalu baru bertugas kembali." ujar Cpl Huitt.

Lain lagi dengan seorang personel wanita lainnya bernama Turner.

Ia mengatakan identitas mereka yang bekerja di bunker itu harus disembunyikan, tak boleh ada yang tahu.

"Karena itu rahasia mungkin adalah alasan utama, tidak pernah didokumentasikan juga bahwa para wanita ini selama bertahun-tahun menjadi mata telinga bagi negara Inggris terhadap ancaman misil nuklir."

Kesembilan perempuan yang bekerja di bunker Holmpton memiliki dedikasi dan tanggung jawab yang tinggi terhadap kewajiban mereka.

Salah satu wanita personel pengoperasi radar lainnya bernama Ann Metcalfe mempunyai tugas tak kalah pentingnya.

Ia bertugas menghitung ukuran dan posisi rudal nuklir ketika sudah diluncurkan.

Ann mengatakan "Saya menjadi pengawas triangulasi, bertanggung jawab untuk menghitung ukuran dan posisi bom."

"Kami memiliki tabel penghitung yang akan menghitung dengan tepat seberapa besar bom itu."

Ann Metcalfe
Ann Metcalfe ()

Ann juga bersyukur bahwa akhirnya perang dingin berakhir dan tak ada satupun rudal nuklir yang diluncurkan.

"Karena pada waktu itu saya punya suami di rumah dan dua anak kecil."

"Di belakang pikiran Anda, Anda berharap (serangan nuklir) tidak akan pernah terjadi," katanya.

Namun jika serangan nuklir terjadi maka Ann malah berharap bom itu menimpa langsung di atap rumahnya saja.

"Saya selalu berpikir jika ada serangan nuklir, saya ingin bom itu mendarat di atas rumah keluarga saya. Tidak mengacau, saya tidak ingin mereka mati perlahan-lahan karena radiasi itu adalah kematian yang mengerikan." pungkasnya.

Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved