3 Kali Bakar Tapi Tak Hangus, Lelaki ini Buang Jasad Calon Istrinya ke Pantai
Tiga Kali Bakar Calon Istrinya Tapi Tak Hangus, Stefanus Akhirnya Buang ke Pantai
SURYAMALANG.com, Jakarta - Tak ada yang mendengar suara ribut di lantai dua rumah gedong di Jalan Alaydrus, Petojo Utara, Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (3/5/2018).
Di rumah berkelir abu-abu dan serba tertutup itu, Laura tinggal bersama ayah dan kakak keduanya, Boni.
Warga sekitar Yanto (45) mengaku pada Kamis siang itu tak mendengar apa-apa dari dalam rumah Laura.
Ketika penghuni rumah lainnya tak ada di rumah, Stefanus menghabisi Laura.
Keterangan Yanto dapat dipahami lantaran rumah Laura serba tertutup sebagaimana pantauan TribunJakarta.com, Senin (7/5/2018).
Ia tahu Laura tewas dibunuh dari pihak kepolisian.
"Sabtu malam Minggu (5/5/2018) habis Magrib sekitar pukul 19.30 WIB polisi ke sini nanyain, saya tidak tahu. Rumahnya tertutup banget kayak pintu pabrik, jadi suara-suara tidak terdengar," cerita dia kepada TribunJakarta.com (grup Surya Malang)
Cekcok sejak Ancol
Laura diketahui sering bertengkar hebat dengan Stefanus.
Hal tersebut disampaikan Kasat Reskrim Polres Jakarta Pusat AKBP Tahan Marpaung saat mengawasi tersangka Stefanus mengikuti rekonstruksi pembunuhan Laura di rumahnya, Jalan Alaydrus, Petojo Utara, Jakarta Pusat, Senin (7/5/2018).
Stefanus yang bekerja sebagai sopir taksi daring ini secara keji membunuh calon istrinya pada Kamis (3/5/2018) sekitar pukul 13.00 WIB.
Korban sudah menjalin hubungan selama sembilan bulan dan rencananya akan menikah pada Agustus 2018.
"Rabu tanggal 2 Mei, Stefanus dan Laura cekcok sehabis foto prewedding di Ancol. Mereka kembali ke rumah dan kembali cekcok," ujar Tahan.
Motif pelaku menghabisi nyawa korban lantaran sakit hati karena kerap direndahkan.
"Korban LR sering merendahkan derajat laki-laki. Dibilang numpang hidup dan akhirnya muncul percekcokan," tambah dia.
Mulanya, Laura mencoba menusuk Stefanus tapi senjata tajam itu jatuh.
Lantaran emosinya sudah tak terkendali, Stefanus yang menguasai senjata tajam itu lalu menghabisi korban dengan menusuknya empat kali menyasar dada, leher dan pinggang.
Tak ada orang selain mereka berdua saat kejadian berdarah itu karena penghuni lainnya sedang beraktivitas di luar pada Kamis (3/5/2018) siang itu.
"Korban LR mengambil pisau dan ingin menusukkan kepada tersangka ST lalu ditangkis lalu diambil, ditusukkan ke LR sebanyak empat kali," katanya.
Rumah kosong
Usai membunuh Laura, Stefanus sempat pulang ke rumahnya di Kampung Janis, Pekojan, Tambora, Jakarta Barat.
Tujuannya untuk meminta bantuan kepada temannya agar ikut membakar jasad Laura.
Saat itu jasad Laura disembunyikan Stefanus di dalam mobil Daihatsu Ayla B 1044 BYT.
Ketua RT 011/08, Muhtar, mengatakan berdasarkan informasi yang ia terima, Stefanus memarkir mobilnya di dekat minimarket yang ada di Jalan Pekojan I.
Lantaran tempat tinggal Stefanus berada di gang sempit yang tidak bisa dilalui kendaraan roda empat.
"Saya dapat informasi dari RT lain kalau mobil yang digunakan itu diparkir di dekat Alfamart," kata Muhtar.
Panit Reskrim Polsek Tambora, Iptu Eko Agus membenarkan Stefanus memarkirkan mobilnya di dekat minimarket.
"Iya parkirnya di dekat minimarket. Disana kan ada lahan kosong yang bisa buat markir mobil," kata Eko.
Pantauan wartawan TribunJakarta.com, lahan yang digunakan Stefanus untuk memarkirkan mobilnya berada di depan sebuah konveksi yang sudah tutup.
Lahan di tempat itu hanya cukup untuk menampung dua mobil saja.
Deri, warga yang ditemui di dekat lahan itu mengatakan kalau lahan itu memang kerap digunakan warga sekitar untuk memarkirkan kendaraannya.
"Itu emang banyak yang suka parkir disitu. Tapi biasanya enggak pernah lama, cuma sebentar aja," katanya.
Ia tidak pernah memperhatikan siapa saja warga yang memarkirkan kendaraannya di tempat itu.
"Kita mah enggak ngeh siapa yang parkir. Pas kasus ini aja kita tahunya pas sudah ramai di berita," ujar dia.
Tiga kali dibakar
Untuk menghilangkan jejaknya, Stefanus membungkus Laura dengan karung.
"Stefanus pulang ke rumah disiapkan dua karung untuk membungkus dari kaki dan kepala untuk menutupi korban," ujar Kasat Reskrim Polres Jakarta Pusat AKBP Tahan Marpaung saat rekonstruksi kasus ini di rumah korban, Senin (7/5/2018).
Stefanus sempat panik dan terlintas untuk membeli bensin terlebih dahulu sebelum membakar Laura di Pantai Karang Serang, Mauk, Kabupaten Tangerang.
Pelaku membakar pakaian beserta korban dengan tujuan menghilangkan jejak.
"Pada 4 Mei Stefanus sudah membeli bensin untuk membakar ternyata belum terbakar sepenuhnya," tambah dia.
Stefanus kemudian membeli bensin dua kali dengan tujuan menghanguskan korban.
"Balik lagi membeli dua liter untuk membakar dan membeli lagi empat liter tapi belum hangus juga," ucap dia.
Akhirnya Stefanus membuang jasad korban di pinggir laut namun masih terlihat dan pada akhirnya ditahan menggunakan batu.
Ia menambahkan tersangka sering menginap dirumah korban selama empat bulan belakangan ini karena akan melangsungkan pernikahan.
Penyidik menjerat Stefanus pasal 338 KUHP dengan ancaman 15 tahun penjara.
Minta bantuan anak buah pamannya
Empat orang yang Stefanus mintai tolong adalah teman-temannya yang tinggal di sekitar Kampung Janis, Pekojan, Tambora, Jakarta Barat.
Mereka juga tak lain karyawan di industri rumahan milik paman Stefanus.
Industri rumahan yang memproduksi tas itu berada di Jalan Jembatan Hitam yang hanya berjarak sekira 50 meter dari tempat tinggal Stefanus.
"Iya empat orang yang sekarang jadi saksi itu memang karyawan saya," ujar Angkoeh, paman Stefanus ditemui di rumahnya, Pekojan, Tambora, Jakarta Barat, Senin (7/5/2018).
Angkoeh mengaku tidak mengetahui detail terkait apa saja peran yang dilakukan oleh para karyawannya.
Menurutnya, keempat karyawannya yang berinisial AZ (21), YD (18), EB (22) dan AR (23) kini telah menjadi saksi atas kasus pembunuhan sadis tersebut.
"Jujur kalau jelasnya kayak bagaimana saya enggak tahu. Tapi memang karyawan saya yang melapor ke polisi," sambung dia.
Laura tertutup
Yanto menilai Laura sebagai pribadi yang baik, ramah dan suka memberi uang kepadanya meski tidak meminta.
Ia menjelaskan hampir dua tahun belakangan ini Laura menjadi lebih tertutup semenjak ada laki-laki ke rumah tersebut.
"Semenjak kenal cowok jadi agak tertutup hampir mau dua tahun ini, sering nginap juga cowoknya. Sering melihat bangunnya siang keluar rumah," ujar Yanto.
Menurut Yanto, tak ada aktivitas mencurigakan di rumah itu.
Ia kerap melihat mobil masuk keluar dan Boni.
Yanto mengaku mengenal sosok Stefanus tapi tidak pernah menyapa dan pribadinya cuek.
"Kalau cowoknya orangnya cuek, enggak suka negor, ngasih uang parkir saja tidak pernah. Beda sama Laura," ucap dia.
Mengurung diri
Kapolsek Tambora Kompol Iver Son Manossoh yang didampingi Kanit Reskrim AKP Supriyatin menerangkan hasil pemeriksaan, tersangka sakit hati sehingga tega membunuh calon istrinya.
Sejak kasus ini mencuat ke publik, Merry Linawarti, ibu Stefanus, enggan keluar rumahnya di Kampung Janis No. 11 RT 11/08, Pekojan, Tambora, Jakarta Barat.
Rumah yang berfungsi sebagai warung kelontong itu tampak dikunci dari dalam rumah.
"Orangnya ada kok di dalam. Tapi memang tutup warungnya, mungkin karena kasus yang dialami anaknya," ujar seorang warga yang enggan disebutkan namanya, Senin (7/5/2018).
Sekira 15 menit berada di depan rumah, TribunJakarta.com sempat melihat sosok Merry sewaktu tidak sengaja membuka pintu.
Merry takut bukan kepalang ketika beradu pandang dengan TribunJakarta.com dan wartawan lain yang mencoba mewancarainya menunggu di depan rumahnya.
Ia seakan ketakutan dan bergegas kembali masuk dan mengunci pintu rumahnya.
Meski rumahnya diketuk berulangkali, ia tak menghiraukannya dan tetap tidak mau keluar.
Rumah orangtua Stefanus yang berada di gang sempit di wilayah Pekojan terdiri dari dua lantai di mana lantai pertama untuk warung kelontong.
Sedangkan di lantai kedua tampak jemuran pakaian digantung di teras rumah.
Sakit hati direndahkan
Tersangka Stefanus sakit hati karena selalu biaya pernikahannya ditanggung semuanya oleh Laura.
“Tersangka merasa tidak dihargai sebagai laki-laki akibat seluruh biaya untuk acara pernikahannya ditanggung semua oleh korban. Selain itu sebelum kejadian, antara tersangka dan korban juga terjadi cek-cok di rumah korban,” kata Iver, Sabtu (5/5/2018).
Pada saat berselisih korban mengambil pisau dan hendak menusukkannya kepada tersangka.
Stefanus yang tidak mampu menahan emosi, kemudian merebut pisau dari tangan korban dan langsung menusuk Laura.
“Korban ditusuk tersangka sebanyak empat kali masing-masing di bagian perut dan punggung hingga akhirnya meninggal dunia di lokasi kejadian,” ucap Iver.
Sebelum kejadian keduanya baru saja mengikuti foto prewedding.
Stefanus berubah
Stefanus diketahui jarang pulang ke rumahnya yang berada di pemukiman padat penduduk tersebut.
"Pas masih kecil mah suka main sama anak sini, tapi kalau sekarang sudah enggak pernah. Orangnya itu pendiam dan enggak banyak ngomong," ujar Dodi, teman kecil Stefanus saat ditemui di dekat rumah pelaku.
Dodi mengatakan sikap kawannya itu mulai berubah sejak Stefanus beranjak dewasa.
Stefanus semakin tertutup dan tidak pernah bergaul teman-temannya di lingkungan tempat tinggalnya.
"Pas semenjak lulus sekolahlah dia sudah enggak pernah main sama anak sini, mainnya diluar mulu. Makanya saya juga kaget pas dia tahu-tahu sudah punya mobil," tambah dia.(*)
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Tiga Kali Bakar Calon Istrinya Tapi Tak Hangus, Stefanus Akhirnya Buang ke Pantai