Surabaya
Pengebom di Rusun Wonocolo Sidoarjo Ternyata Warga Surabaya, Simak Catatan Pendidikan Negerinya
Anton termasuk anak yang cerdas, pintar serta pendiam semenjak duduk di Sekolah dasar.Hingga kuliah ia bersekolah di sekolah negeri
Penulis: Danendra Kusuma | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM, SURABAYA -Pelaku pembuat bom yang tewas karena ledakan bomnya sendiri di Rusunaa Wonocolo Sidoarjo diidentifikasi sebagai Anton Ferdiantono.
Anton tewas bersama istri dan salah satu anaknya, Minggu (13/5/2018).
Meski menghuni Rusun di Sidoarjo Anton ternyata memiliki rumah di Jalan Manukan Kulon RT 11 RW 5 kelurahan Manukan Kulon, kecamatan Tandes.
Tapi rumah Anton itu telah puluhan tahun tak ditinggali dan terbengkalai.
Terdapat tumpukan batu dan genteng tanah liat di teras rumah.
Atap rumah pun banyak yang runtuh serta rumput ilalang tumbuh liar di dalam rumah berpintu hitam itu.
Budi Santoso selaku ketua RT 11 Manukan Kulon membenarkan bahwa Anton adalah warganya.
"Benar Anton warga sini, rumahnya itu di sebelah rumah saya Namun, rumah itu sudah lama tak ditinggali," ujarnya sambil menunjuk ke kanan.
Budi menceritakan, Anton semasa hidupnya memang dikenal dengan pribadi yang tertutup.
"Anton jarang bersosialisasi dengan tetangga. Ngobrol sama tetangga juga jarang," kata Budi.
Budi melanjutkan, setelah menikah, Anton malah tidak pernah terlihat batang hidungnya.
"Setelah menikah itu Anton sudah keluar dari rumah dan tak pernah kembali kesini ," terangnya.
Budi mengungkapkan, setelah menikah Anton dan istrinya sering berpindah-pindah rumah.
Awalnya Anton pindah rumah di RT 9, lalu RT 11 yang berada di depan gang, lalu tidak diketahui lagi keberadaannya.
"Anton sudah lama pindah kira-kira tahun 2006-2008. Ia juga tidak mengirimkan surat laporan kepindahan. ," ungkap Budi.
Semasa mudanya, Anton pernah aktif menjadi remaja masjid RW 5.
Menurut Budi, tidak ada gelagat mencurigakan seperti terlibat jaringan teroris dari pribadi Anton.
"Tidak ada yang aneh, saya kaget tahunya baru tadi malam tentang kasus ini. Saya langsung di datangi oleh kapolsek, Kamtibmas, dan Camat pada pukul 1 untuk memberikan keterangan," jelasnya.
Yuli Widiastutu selaku Ibu RT yang juga teman Anton semasa sekolah dasar menjelaskan, Anton menjadi aktivis remaja masjid saat duduk di bangku perkuliahan.
"Anton itu terkenal aktivis remas (remaja masjid," katanya.
Yuli melanjutkan, Anton memang sangat fanatik, sebab waktu saya bertemu dengannya saat berkunjung di rumah orang tuanya Anton tak mau berjabat tangan.
"Waktu ketemu itu tidak mau salaman. Melihat saya juga hanya sebentar lalu berpaling,'' imbuhnya.
Kefanatikan Anton, menurut Yuli muncul setelah menikah dengan istrinya.
"Waktu menjadi aktivis remaja masjid Anton masih biasa saja. Namun setelah menikah ia berubah dan sulit ditemui," terang Yuli.
Yuli menambahkan, Anton termasuk anak yang cerdas, pintar serta pendiam semenjak duduk di Sekolah dasar. Yuli menyebutkan, Anton pernah menimba ilmu di SD Negeri 115, SMPN 29, SMAN 11, dan ITS.
"Waktu SD Anton sering mendapat rangking pertama," paparnya.
Yuli menceritakan, Anton dan ketiga adiknya memiliki watak yang sama yakni tidak mudah bersosialisasi dengan tetangga.
"Adiknya itu kalau ngomong sama tetangganya sering nyentak-nyentak. Mereka juga tertutup. Berbeda dengan Teguh adik ketiganya. Ia masih aktif dan sering datang ke sini, lebih terbuka juga, orang tuanya juga baik," jelasnya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/suryamalang/foto/bank/originals/rumah-anton-manukan_20180514_161801.jpg)