Sains
Penjelas 'Bun Upas', Fenomena Embun Racun yang Melanda Dieng Hari ini
Wah apa lagi ini embun racun? Terdengar asing? Sebenarnya ini fenomena biasa yang melanda alam Dieng
Penulis: Insani Ursha Jannati | Editor: Adrianus Adhi
Akibatnya energi panas matahari yang terpantul dari bumi hilang ke atmosfer.
Tidak adanya pantulan panas matahari yang dikembalikan oleh awan menyebabkan udara di permukaan relatif lebih dingin.
“Kondisi ini jika terjadi terus-menerus akan menyebabkan udara semakin dingin,” katanya.
Berdasarkan pengamatan cuaca di Stasiun Geofisika Banjarnegara (ketinggian 608 mdpl), tercatat suhu udara rata-rata dalam 4 hari terakhir (1–4 Juli) berkisar antara 20,7 – 23,4 derajat celsius dan suhu minimum dapat mencapai 18,2–19,2 derajat celsius.
Dengan asumsi bahwa setiap kenaikan ketinggian 100 m terjadi penurunan suhu 0,5 derajat celsius, maka di daerah Dieng yang memiliki ketinggian sekitar 2065 mdpl, diperkirakan suhu udara rata-rata dalam 4 hari terakhir (1–4 Juli) berkisar antara 13,7–16.4 derajat celsius dan suhu minimum dapat mencapai 11,2–12,2 derajat celsius.
Tanah menjadi lebih mudah menyerap panas namun lebih mudah pula melepaskan panas.
Terlebih Dieng adalah dataran tinggi, dampaknya suhu udara dapat mencapai nol derajat celcius dan menyebabkan uap air atau embun membeku.
“Masyarakat Jawa mengenalnya dengan istilah ‘Musim Bediding’ di mana terjadi perubahan signifikan suhu di awal musim kemarau.
"Akibat langsung dari perubahan suhu udara tersebut adalah munculnya fenomena embun es di Dieng, yang dikenal masyarakat dengan istilah ‘Bun Upas’ atau embun beracun,” ujar Setyoajie.
Butiran embun mengkristal, menyerupai es batu.
Hamparan tanaman hijau di perkebunan warga berubah memutih bak salju di negeri empat musim.
Embun beku kali ini terbentuk cukup tebal.
Fenomena alam ini bahkan mencakup wilayah cukup luas.
Dikutip dari Tribun Jateng, Selain muncul di seputar kawasan Candi Arjuna Dieng Banjarnegara, fenomena langka ini juga muncul hingga kawasan wisata Bukit Sikunir di Desa Sembungan Kecamatan Kejajar Wonosobo.
"Mulai dari Sikunir, Dieng, kena semua," jelas Bukhori, warga Desa Sembungan Wonosobo.