Blitar

Perajin Wayang Kulit di Blitar Datangkan Pekerja dari Solo karena Lebih Telaten

Pekerjanya saya datangkan dari Solo. Kalau orang sini banyak yang tidak telaten membuat wayang kulit.

Penulis: Samsul Hadi | Editor: yuli
samsul hadi
Choirudin menunjukkan tokoh wayang kulit Bima karyanya di rumahnya Desa Gleduk, Kecamatan Sanankulon, Kabupaten Blitar, Minggu (19/8/2018). 

Proses pemberian warna ini yang membutuhkan waktu lama. Tergantung tingkat kedetailan karakter tokoh wayang.

Untuk gapit wayang, dia menggunakan tanduk kerbau. Sebelum dipasang, tanduk kerbau dipanaskan dulu menggunakan api agar mudah dibengkokkan. Semua bahan membuat wayang kulit juga dia datangkan dari luar kota.

"Paling lama membuat gunungan. Meski bentuknya sederhana tapi tingkat kedetailan corak warnanya rumit," katanya.

Sekarang, karya kerajinan wayang kulit Choirudin menjadi langganan dalang-dalang kondang di Blitar dan Tulungagung.

Dalang Ki Rudi Gareng dari Blitar juga biasa memesan wayang kulit di tempatnya. Sedangkan dari Tulungagung, ada dalang Ki Sun Gondrong dan Ki Eko Prisdianto yang selalu memesan wayang kulit di tempatnya.

Tak hanya dalang, dia juga kerap menerima pesanan dari kolektor wayang. Pesanan wayang untuk dikoleksi justru banyak datang dari luar pulau, seperti Kalimantan. Untuk koleksi, biasanya harganya lebih mahal karena bahan dan kualitasnya paling bagus.

"Harga satu wayang kulit sekitar Rp 2,5 juta sampai Rp 5 juta. Itu sudah kualitas istimewa," katanya.

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved