Mojokerto

Makin Banyak Pengurus PKS Mundur karena Ingin Organisasi yang Tidak Eksklusif Muslim

Anis Matta dikenal berhaluan progresif karena mendorong PKS jadi partai terbuka bagi siapa saja.

Penulis: Danendra Kusuma | Editor: yuli
facebook pks kabupaten mojokerto
Para pengurus PKS Kabupaten Mojokerto 

SURYAMALANG.COM, MOJOKERTO - Para pengurus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kabupaten Mojokerto mengundurkan diri kemudian bergabung dengan Gerakan Arah Baru Indonesia (Garbi).

Pembentukan ormas Garbi digagas oleh
mantan Presiden PKS, Anis Matta, dan dikenalkan pada Sabtu (20/10/2018) lalu.

Anis Matta menjadi Presiden PKS periode 1 Februari 2013 – 10 Agustus 2015, menggantikan Luthfi Hasan Ishaq yang menerima uang sogok terkait kebijakan impor daging sapi. 

Anis Matta dikenal berhaluan progresif karena mendorong PKS jadi partai terbuka bagi siapa saja. 

"Kami memilih bergabung dengan GARBI, maka kami memilih mengundurkan diri dari PKS. Kami ingin berkiprah lebih banyak lagi untuk kemajuan Indonesia," kata Luqman Fanani, salah satu pengurus PKS Kabupaten Mojokerto yang mengundurkan diri, Jumat (26/10/2018).

Luqman menyebut, anggota GARBI Mojokerto saat ini berjumlah 60 sampai 80 orang.

"Mereka mantan kader PKS dan alumni 212. Unsur yang lain belum," sebutnya.

"Kami berharap semua segmen kami masuki, ada segmen kesenian, pelajar generasi muda dan generasi berjiwa muda yang memiliki semangat berubah dan pekerja keras. Tidak membatasi harus muslim juga," pungkasnya.

Pendorong terbentuknya ormas GARBI, antara lain, adalah mantan Ketua Deputi Pendidikan DPW PKS Jatim Ahmad Hasan Bashori.

Hasan mengaku mempunyai cita-cita untuk membesarkan PKS. Hasan telah mengundurkan dari kursiPKS Jatim sejak 27 September 2018.

"GARBI Mojokerto masih dalam proses mengurus legalitas dan baru memperkenalkan diri ke masyarakat. Untuk struktur kepengurusan masih bersifat sementara ," Ujar Hasan.

Hasan menjelaskan, ormas GARBI tidak diperuntukkan untuk satu golongan saja, melainkan terbuka untuk semua kalangan. Selain itu pembentukan GARBI juga tak ada sangkut pautnya dengan dinamika Pilpres 2019.

"Kaitannya dengan dinamika internal partai,
tak ada hubungan sama sekali dengan kubu-kubu di Pilpres. Rata-rata di setiap daerah 20 sampai 30 persen, bahkan ada yang mencapai 80 sampai 90 persen mundur dari PKS," paparnya.

Hasan menambahkan, sebenarnya dirinya ingin membesarkan PKS. Namun, dinamika di dalam PKS membuatnya merasa tak mungkin mewujudkan cita-cita itu. Akhirnya, dia memutuskan mengundurkan diri dan mendorong terbentuknya ormas yakni GARBI.

"Kami putuskan harus ada kendaraan baru untuk membawa cita-cita kami. Selama ini saya aktif sebagai penggerak GARBI, belum masuk struktur kepengurusan," terangnya.

Hasan melanjutkan, ormas yang baru dirintis ini menjadi wadah untuk menerapkan gagasan kelompok progresif yang sebelumnya bergabung di PKS. di internal PKS terdapat kelompok konservatif yang bertentangan dengan kelompok progresif.

"Saat ini masih berupa ormas. Tak menutup kemungkinan suatu ketika kami akan membentuk sebuah parpol," katanya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved