Kabar Jombang

Wawancara Rian Adji, Ustadz Jombang yang Viral lewat Jangan Sakiti Hatiku karena di Situ Ada Kamu

Banyak yang mencari sebagai Agus atau Riyan. Dia ustadz muda asal Jombang yang viral lewat jargon "Jangan Sakiti Hatiku karena di Situ Ada Kamu"

Penulis: Insani Ursha Jannati | Editor: Adrianus Adhi
SuryaMalang.com | Ins
Rian Adji Prasetya (kanan) bersama neneknya (kiri), saat ditemui SuryaMalang di kediamannya Jombang, Rabu (28/11/2018) 

"Iya, terus mulai heboh, ada yang tanya-tanya gini, 'Rian, mau tanya dong hukum ternak mantan itu apa?" kenang Firda menirukan gaya bicara temannya.

Baca: Istri Hotman Paris Bicara Soal Suami yang Kerap Dekat Dengan Wanita Cantik, Sebut Satu Paket

Baca: Istri Hotman Paris Bicara Soal Suami yang Kerap Dekat Dengan Wanita Cantik, Sebut Satu Paket

Di tengah perbincangan asyik terkait video viral itu, ada satu protes Rian terhadap berbagai media yang mengabarkan kalau "lelaki dalam video tersebut curhat di tengah teman-temannya".

Lantaran, keseharian Rian justru dia yang jadi penampung curhatan sekawanannya bahkan sejak duduk di bangku SMP.

Penampung curhat tak sembarang penampung curhat, Rian Adji Prasetya juga dikenal sebagai pendakwah di kampungnya.

Dalam empat jam SuryaMalang bertamu, sudah lebih dari tiga kali jumlah telepon masuk yang memintanya mengisi acara kajian, itulah kenapa dia sering dipanggil Gus Rian.

Menurut penuturan Rian, "Gus" berarti dua hal; anak seorang kyai atau gus yang mengarah pada "cah bagus" atau anak lelaki berperilaku baik.

Ditanya mengenai motivasi berdakwah dengan gaya demikian, Rian menjawab kalau dia memang spesialis cinta.

"Lho saya memang spesialis cinta," sahutnya cepat.

Namun gaya itu dipilihnya bukan tanpa pemikiran matang, Rian tahu apa yang dia tuju.

"Penerus bangsa itu kan anak-anak muda, jadi harus mencari hal yang mampu menarik. Kalau nggak ada selingan-selingan cintanya gitu ya nggak didengar," jelasnya kemudian.

Untuk urusan memantun, Rian bilang kalau itu hasil dari kebiasaan berlatih.

"Witing tresna jalaran saka kulina," Rian melanjutkan penjelasannya. "Bisa karena terbiasa. Karena sudah seringnya berdakwah, jadi terbiasa untuk mengambil kata (yang berakhiran, red.) 'a-a-a-a' begitu, itu kan juga supaya menarik."

Lelaki penggemar buku Babad Tanah Jawa tersebut juga membagikan awal mula bagaimana bisa mengisi banyak panggilan dakwah seperti sekarang.

Dahulu kala, Rian adalah seorang bocah 3 SD yang cerewet.

Tak ingin kecerewatan tersebut berakhir sia-sia, Rian pun diikutkan lomba dakwah.

Halaman
1234
Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved