Pesan Kocak Sutopo Usai Gunung Semeru 'Bertopi' Viral, Anjurannya Bisa Ditiru Buat yang Mau Nikah
Fenomena Semeru Bertopi viral beberapa waktu lalu, ini penjelasan hingga saran kocak Sutopo Purwo Nugroho, cocok buat kamu yang mau nikah, kok bisa?
Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM - Sutopo mengungkap fenomena yang terjadi belakangan ini di Gunung Semeru Jawa Timur dan sempat viral di media sosial.
Fenomena alam yang langkah itu terjadi Selasa (11/12/2018) itu menyedot perhatian Masyarakat Indonesia.
Pasalnya, Gunung tertinggi di Pulau Jawa itu tampak dikelilingi kabut berbentuk mirip topi persis pada bagian puncaknya.
Sehingga bila dilihat dari kejauhan, Gunung Semeru tampak bertopi.
• Pesan Emil Dardak Usai Adiknya Meninggal di Kamar Kos & Ada Plastik di Wajah, Ini Temuan di TKP
• Ayu Ting Ting Beri Ucapan Khusus pada Pria Ini saat Ulang Tahun, Sweet Banget Ucap: I love You
• Roy Marten Emosional saat Peramal Bongkar Perceraian Gading-Gisel, Terungkap Semua Kesedihannya

Fenomena unik ini lantas diabadikan oleh warga dan menyebar di media sosial serta jadi viral.
Di satu sisi, fenomena unik di puncak Gunung Semeru tersebut menakjubkan.
Peristiwa itu pun mendapat tanggapan dari Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.
Pria yang akrab disapa Sutopo itu memberikan penjelasan terkait kondisi Gunung Semeru yang 'bertopi.'
Menariknya, ungkapan Sutopo ini cukup menggelitik.
• 3 Momen Lucu Najwa Shihab Wawancara Keluarga Jokowi, Tingkah Jan Ethes Hingga Sindiran Untuk Gibran
• Ramalan Cuaca BMKG Malang, Surabaya, DKI Jakarta Hari Ini Kamis 13 Desember 2018, Waspada Hujan
• Gisella Menangis Hadiri Sidang Cerai, Gading Tak Hadir, Ungkap Isi Hatinya: Perpisahan Ini Gak Enak
Sutopo bahkan menulis 'Cintamu Terayomi Meski Ada Turbulensi di Hatimu' dalam akun resmi Twitternya belum lama ini.
Tidak hanya itu, Sutopo juga menjelaskan jika adanya 'topi' diatas Gunung Semeru tersebut berkat Awan altocumulus lenticularis yang terbentuk akibat turbulensi di atasnya.

Sutopo pun juga mengupload foto-foto saat Gunung Semeru 'bertopi'.
Sutopo bahkan menulis caption di foto tersebut dengan sedikit candaan.
Gunung Semeru saat bertopi, berhelm & berhijab di puncaknya. Awan altocumulus lenticularis terbentuk akibat turbulensi di atasnya."
'Bagi yang mau nikah, gunakan fenomena alam ini buat foto pre wedding. Sungguh memesona!'
'Cintamu akan terus terayomi meski ada turbulensi di hatimu.' Tulis Sutopo Lewat akun resmi twitter miliknya @Sutopo_PN pada Selasa (11/12/2018) pukul 08.00 WIB.
Berikut unggahan Sutopo di akun Twitter-nya:
Sementara itu melansir dari Kompasiana, Turbulensi adalah sebuah gerakan udara yang tidak beraturan atau berputar tidak beraturan yang disebabkan oleh perbedaan tekanan udara atau temperatur.
Sementara bagi para pendaki, keberadaan awan ini menjadi mimpi buruk walau terlihat cantik dari kejauhan.
Sebab, jika awan ini muncul cuaca di sekitarnya akan berubah menyeramkan, terjadi badai disertai hujan, hingga tak jarang kilat yang menyambar-nyambar.
Sosok Sutopo kini memang cukup familiar.

Melalui akun Twitter-nya @Sutopo_PN, pria kelahiran Boyolali ini diketahui kerap menceritakan keadaannya yang harus menulis rilis informasi bencana sebelum atau setelah menjalani kemoterapi.
Berkat hal itu Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB).
Sutopo Purwo Nugroho mendapat penghargaan "The First Responders 2018" dari harian terkemuka Singapura, The Straits Times.
Fenomena awan berbentuk mirip caping di puncak Gunung Semeru memang menarik untuk diamati.
Ahli mengatakan, fenomena tersebut biasa tetapi memang jarang terjadi.
Perubahan pergerakan angin di puncak Semeru membuat awan melingkar dan agak melengkung tepat di atas puncak.
Keindahan alam yang menyegarkan jiwa.
Fenomena tersebut pun menjadi viral di media sosial, apalagi petugas terkait menegaskan fenomena tersebut tidak menganggu jalur pendakian.
Inilah sejumlah fakta terkait fenomena awan di puncak "para dewa" dilansir dari Kompas.com:
1. Penjelasan fenomena awan di Puncak Semeru

Kepala Subbagian Data Evaluasi Pelaporan dan Humas Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Sarif Hidayat mengatakan, fenomena di hari Senin (10/12/2018) adalah fenomena biasa, tetapi jarang terjadi.
"Kejadiannya pada Senin kemarin tanggal 10 Desember 2018. Merupakan fenomena alam biasa yang jarang dan langka terjadi. Secara umum diduga karena adanya perubahan atau pergerakan angin di Puncak Semeru," katanya, Selasa (11/12/2018).
"Tapi secara pasti apa yang terjadi belum bisa disampaikan sehingga perlu ada penelitian lebih lanjut oleh pihak yang berkompeten," katanya.
Sementara itu, pada bulan April 2018, puncak Semeru juga membuat heboh dengan munculnya jejak kaki mirip salju.
2. Tidak ada hubungannya dengan mistis
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyampaikan, fenomena itu terjadi lantaran tertutup awan jenis lentikularis atau altocumulus lenticularis. Awan tersebut terbentuk karena pusaran angin di puncak.
"Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, bertopi. Puncak gunung tertutup awan jenis lentikularis atau altocumulus lenticularis. Awan ini terbentuk akibat adanya pusaran angin di puncak," tulis Sutopo dalam akun instagramnya, @sutopopurwo.
Sutopo menyampaikan, fenomena itu merupakan fenomena biasa dan pernah dialami oleh puncak gunung lainnya.
"Tidak usah dikaitkan dengan mistis, tanda akan akan ada musibah, politik, atau jodoh seret," imbuhnya.
3. Jalur pendakian tetap dibuka

Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) John Kennedie mengatakan, pendakian menuju puncak para dewa itu tetap dibuka seperti biasanya.
"Betul Mas. ( Pendakian) lancar dan landai - landai saja mas," katanya melalui pesan tertulis kepada Kompas.com, Selasa (11/12/2018).
John mengatakan, adanya fenomena Puncak Semeru 'bertopi' itu tidak berpengaruh terhadap aktivitas pendakian di gunung dengan ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut itu.
John mengatakan, rencana penutupan jalur pendakian akan dilakukan pada Januari 2019 untuk pemulihan ekosistem seperti yang dilakukan sebelum - sebelumnya.
"Kemungkinan Januari rencana ditutupnya," katanya.
4. Fenomena serupa pernah terjadi di gunung lainnya

Sutopo menyampaikan telah menjelaskan, fenomena di Puncak Semeru adalah fenomena biasa dan pernah dialami oleh puncak gunung lainnya.
"Ini fenomena alam biasa saja. Beberapa gunung pernah mengalami hal yang sama. Tergantung dinamika atmosfer lokal," katanya.
Sementara itu, dalam kondisi tertentu, fenomena pergerakan angin akan sangat berbahaya bagi pendakian.
Para pendaki rentan terkena hyphotermia karena sangat dimungkinkan cuaca sangat dingin.
Sumber: KOMPAS.com (Andi Hartik)