Tsunami Tanjung Lesung
Update Tsunami Tanjung Lesung di Banten, 222 orang Tewas & Disebut Kejadian Langka
Update Tsunami Tanjung Lesung di Banten, 222 orang Tewas & Disebut Kejadian Langka
Penulis: Fakhri Hadi Pridianto | Editor: Adrianus Adhi
SURYAMALANG.com - Tsunami yang melanda kawasan Pandeglang, Banten, dan Lampung Selatan, Sabtu (22/12/2018) pukul 21.27 WIB memakan cukup banyak korban jiwa.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Puwo Nugroho telah memberi informasi terkait update jumlah korban.
Dikutip dari laman twitter @Sutopo_PN, Minggu (23/12/2018), Sutopo Puwo Nugroho menyatakan update jumlah korban hingga pukul 16.00 WIB, Minggu (23/12/2018) tercatat sebanyak 222 orang korban meninggal dunia, 843 luka-luka, dan 28 orang hilang.
"Jumlah korban dan kerusakan akibat tsunami di Selat Sunda per 23/12/2018 pukul 16.00 WIB tercatat 222 orang meninggal dunia, 843 orang luka-luka & 28 orang hilang. Kerusakan fisik: 556 unit rumah rusak, 9 unit hotel rusak berat, 60 warung kuliner rusak, 350 kapal-perahu rusak." Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho melalui cuitan di twitter, Minggu (23/12/2018).
• Kenali Saraf Terjepit dan Gejala Nyeri yang Ditimbulkan
• Bursa Transfer Liga 1 2019 - PSIS Semarang Bidik Kasta Kedua dalam Perburuan Pemain
• Istri Ifan Seventeen Dylan Sahara Ditemukan dalam Keadaan Hidup, Begini Kondisinya Sekarang
• Herman Gitaris Seventeen, Korban Tsunami di Tanjung Lesung Banten Ditemukan Meninggal Dunia
Menurut Sutopo, tsunami yang terjadi di Pandeglang dan Lampung ini terjadi karena kombinasi longsor bawah laut akibat adanya erupsi Gunung Anak Krakatau serta gelombang pasang saat purnama.
Namun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) masih meneliti lebih jauh untuk memastikan penyebab terjadinya tsunami.
"Penyebab tsunami di Pandeglang dan Lampung Selatan adalah kemungkinan kombinasi dari longsor bawah laut akibat pengaruh erupsi Gunung Anak Krakatau dan gelombang pasang saat purnama. BMKG masih meneliti lebih jauh untuk memastikan penyebab tsunami," jelas Sutopo, seperti yang dikutip dari TribunJakarta, Minggu (23/12/2018).
Sutopo mengungkapkan bahwa bencana ini disebut langka.
Hal itu dikarenakan erupsi letusan gunung anak Krakatau masih terbilang kecil dan tidak ada frekuensi tinggi yang mencurigakan.
• Walikota Risma Ungkap Kabar Terkini Jalan Gubeng Ambles, Mulai Tersambung & Bisa Dilalui Alat Berat
• Profil Aa Jimmy, Salah Satu Komedian yang Meninggal Akibat Tsunami Tanjung Lesung di Banten
• Komedian Aa Jimmy Meninggal Dunia Diterjang Tsunami Banten, Begini Pengakuan Ifan Seventeen
• Kisah Mencekam Ifan Vokalis Seventeen Diterjang Tsunami, Lihat Banyak Mayat & Terapung 2 Jam di Laut
Selain itu, Sutopo juga mengungkapkan bahwa sebelumnya tidak ada gempa yang memicu terjadinya tsunami.
"Fenomena tsunami di Selat Sunda termasuk langka. Letusan Gunung Anak Krakatau juga tidak besar. Tremor menerus namun tidak ada frekuensi tinggi yang mencurigakan. Tidak ada gempa yang memicu tsunami saat itu," terang Sutopo.
Hingga kini, sejumlah tim gabungan masih terus melakukan evakuasi korban di Selat Sunda.
Sutopo menerangkan bahwa kemungkinan jumlah korban masih terus bertambah.
Sejumlah tim yang bertugas, seperti TNI, Polri, PMI, Tagana, juga BPBP masih melakukan pencarian korban.
Namun dalam proses evakuasi terdapat kendala yang dialami yakni sulitnya akses jalan susah dilewati karena tertutup material akibat tsunami.
"Jumlah masih akan terus bertambah, ini masih data sementara. Mulai dari TNI, Polri, PMI, Tagana, BPBP masih terus melakukan pencarian korban. Jalan-jalan. Juga masih ada yang tertutup material yang terbawa tsunami," terang Sutopo, dikutip dari TribunJogja, Minggu (23/12/2018).