Nasional

Fakta-fakta Kematian Rayhan, Siswa SUPM Negeri Ladong yang Dianiaya Senior, Diduga Dipicu Hutang

Fakta-fakta kematian Rayhan, Siswa SUPM Negeri Ladong, yang meninggal setelah dianiaya senior, karena hutang?

Penulis: Raras Cahyaning Hapsari | Editor: eko darmoko
suryamalang/ tribun
Fakta-fakta Kematian Rayhan, Siswa SUPM Negeri Ladong yang Dianiaya Senior, Diduga Dipicu Hutang 

SURYAMALANG.com - Fakta-fakta kematian Rayhan, Siswa SUPM Negeri Ladong, yang meninggal setelah dianiaya senior, karena hutang?

Hanya karena masalah hutang Rayhan, seorang siswa Sekolah Usaha Perikanan Menengah atau SUPM Negeri Ladong, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar harus meregang nyawa.

Jenazah Rayhan ditemukan di atas bukit sekitar 300 meter dari belakang asrama sekolahnya pada Jumat 1 Maret 2019 lalu.

Berikut Fakta-fakta tentang kematian Rayhan, Siswa SUPM yang meninggal karena dianiaya seniornya.

1. Diawali Karena Hutang

Dikutip dari TribunWow.com, Kapolresta Banda Aceh, Kombes Pol Trisno Riyanto mengungkapkan, pembunuh Rayhan tak lain adalah seniornya yang duduk di kelas III, berinisial AN.

Permasalahan Rayhan dan seniornya di sekolah ini rupanya dipicu oleh masalah hutang piutang.

Awalnya, korban disebutkan telah meminjam uang kepada rekannya.

Rekan korban juga pernah meminjam uang kepada tersangka AN, sebagai senior di SUPM Ladong itu.
Tersangka awalnya meminta uang kepada rekan seangkatan korban Rayhan.

Akan tetapi, rekan seangkatan Rayhan mengatakan ia sedang tak punya uang.

“Begitupun, rekan seangkatan Rayhan ini mengaku uangnya pernah dipinjam Rayhan, tapi belum dikembalikan. Lalu tersangka pelaku menagih uang pada Rayhan," ujar Trisno.

"Mungkin dalam proses penagihan uang yang dipinjam itulah terjadi penganiayaan berlanjut." 

2. Komunikasi Terakhir Dengan sang Ibu

Fakta-falta kematian Rayhan
Fakta-falta kematian Rayhan (Tribun)

Saat Rayhan ditemukan tewas, sang ibu sempat bercerita soal komunikasi terkahir dengan korban.

Menurut sang ibu, Reni Rahayu (41), Rayhan pada Rabu (27/2/2019) sekitar pukul 17.21 WIB, curhat kepada dirinya, bahwa ada rekan sang anak yang dipukuli, bahkan korban juga mengaku dipukuli.

Reni menuturkan Rayhan sempat mengirim pesan melalui Facebook Messenger.

"Iya mama nggak tau tentang anak Medan kan. Lagi panas-panasnya nih di semua SUPM.

Udah sampek Jakarta.

Iya kemarin lah yang tinggal 2 angkatan sama anak kelas 2.

Anak Medan kelas 1 nya dipukulin.

Iya Aan (Rayhan) pun kena tapi Aan (Rayhan) diam-diam aja," tulis Rayhan di Facebook Messenger.

Reni mengaku sempat membalas pesan Facebook Messenger Rayhan itu beberapa menit kemudian.

"Ada masalah apa An?," balas sang ibu pukul 17.26 WIB.

Namun setelah itu tidak ada kabar lagi sama sekali.

"Saya tanya ada masalah apa, tapi sudah enggak ada di balasnya pesan," ucap Reni.

Akibat curhatan tersebut, sang ibu pun sempat merasa gelisah hingga meriah selama dua hari.

"Saya dalam 2 hari dari Rabu duduk sana kesini meriang. Badan saya gampang capek dan cuma duduk-duduk lihat TV."

"Saya terus terbangun dan nggak tenang. Pas lihat kawannya, bernama Kiki online saya coba hubungi. Terus dibilangnya Rayhan sudah 2 hari nggak pulang dan masih di cari."

"Saya bangunkan suami dan minta nomor HP sekolah dan dibilang pihak sekolah masih dicari dan saya kirim chattingan terakhir dia pada pihak sekolah," urai Reni.

Ia juga bercerita ketika Aan menghilang, pihak sekolah menghubungi dirinya.

"Pas Rayhan (Aan) hilang sekolah tidak ada kabari ke orangtua. Jawaban sekolah ada yang bilang tunggu 3 hari ada yang bilang 2 hari," ujarnya.

3. Kronologi Penganiayaan

Kombes Pol Trisno mengatakan pelaku AN merupakan tersangka tunggal yang diduga menganiaya korban pada Selasa, (26/2/2019).

Penganiayaan itu terjadi di dua tempat terpisah, tapi keduanya masih dalam lingkungan SUPM Ladong.

Penganiayaan pertama dilakukan tersangka AN di masjid.

Sedangkan penganiayaan yang kedua terjadi di kapal berkonstruksi beton yang selama ini digunakan untuk simulasi para siswa SUPM.

Pada penganiayaan itu, pelaku membenturkan wajah korban ke tembok, sehingga menyebabkan luka lebam.

"Selain itu, tersangka juga memukul wajah korban. Namun, sehari setelah penganiayaan Selasa itu, pada Rabu siang, 27 Februari 2019, korban masih terlihat di sekolah."

"Tapi, kondisinya sudah mulai memburuk karena sudah tak sanggup lagi mengikuti pelajaran seperti biasanya,” jelas Trisno.

Lalu, pada hari berikutnya, yakni Kamis, (28/2/2019), korban Rayhan yang mengambil Jurusan Nautika di SUPM Ladong itu sama sekali tak lagi terlihat.

4. Pihak sekolah Sempat Mencari Korban

Usai korban menghilang, Petugas asrama, guru, dan pegawai SUPM Negeri Ladong berupaya mencari yang bersangkutan, tetapi masih tidak ditemukan.

Pihak sekolah pun berupaya menghubungi keluarga untuk mengonfirmasi keberadaannya, namun ternyata Aan tidak pulang ke rumahnya.

Tapi ada saksi mata yang menyebutkan korban sempat menuju ke perbukitan.

5. Ditemukan Oleh Pengembala Domba

Seorang pengembala domba, Abdul Munir (53) kemudian menemukan korban tak bernyawa di atas bukit sekitar 300 meter dari belakang pekarangan asrama sekolah SUPM.

Korban saat ditemukan dalam kondisi wajah yang mengalami luka parah.

Selain itu pada belakang kepala juga terdapat luka memar.

Kondisi jenazah, memperlihatkan tanda-tanda penganiayaan berat.

Di bagian wajah terlihat menghitam seperti hantaman benda tumpul (dibenturkan) dan juga bekas seperti disundut rokok di bagian kening.

Setelah menemukan mayat, Abdul langsung melapor kepada seorang PNS di SUPM Ladong, Usman (33).

Usman melanjutkan laporan tersebut ke Polsek Krueng Raya.

Polsek Krueng Raya kemudian ke lokasi dan melakukan penyelidikan.

6. Pelaku Sempat Menghilang

Polisi langsung bergerak cepat dengan memeriksa sejumlah saksi, terdiri atas siswa, guru, satpam, dan pemilik kantin yang totalnya 18 orang.

Dari pemeriksaan 18 saksi itulah, polisi mulai mendapatkan titik terang tentang identitas tersangka pelaku penganiayaan mengarah kepada NA yang tak lain adalah senior Rayhan.

Kecurigaan polisi terhadap AN, antara lain, karena setelah penemuan mayat Rayhan ia menghilang dari sekolah dengan alasan ke pihak sekolah ingin berobat di luar.

“Kecurigaan kami semakin kuat mengarah ke AN karena kebetulan ada saksi yang melihat langsung ia memukul korban di lingkungan sekolah beberapa hari sebelum Rayhan ditemukan menjadi mayat,” beber Trisno.

Kombes Pol Trisno Riyanto menambahkan, begitu dugaan mengarah ke AN sebagai tersangka pelakunya, satu tim Opsnal Satuan Reskrim Polresta langsung bergerak ke Kota Sabang dan berhasil meringkus tersangka di kota wisata itu pada Sabtu (2/3/2019).

"Namun, kita belum bisa jelaskan lebih jauh karena masih harus menunggu hasil autopsi yang akan menerangkan penyebab korban meninggal."

"Meski di satu sisi, tersangka sudah mengakui perbuatannya,” sebut Kombes Trisno, didampingi Kasat Reskrim, AKP M Taufiq SIK.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved