Universitas Muhammadiyah Malang
31 Mahasiswa Singapura Ikuti Learning Express di Universitas Muhammadiyah Malang
Sebanyak 31 mahasiswa Politeknik Singapura mengikuti learning express di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: yuli
SURYAMALANG.COM, LOWOKAWARU - Sebanyak 31 mahasiswa Politeknik Singapura mengikuti learning express di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Mereka akan didekatkan pada UMKM di Kota Batu agar lebih mengefektifkan kerja UMKM dan memberikan solusinya.
Yang dipelajari para mahasiswa adalah design thinking. "Hari ini sehari di kampus UMM. Besok, Rabu (13/3/2019) sampai tiga hari akan melakukan observasi ke UMKM yang sudah disepakati," jelas Latipun PhD, Kepala Hubungan International UMM pada SuryaMalang.com, Selasa (12/3/2019).
Hal itu disampaikan di sela acara pembukaan learning express di lantai 3 Perpustakaan UMM. Selain mahasiswa Politeknik Singapura, sebanyak 36 mahasiswa UMM juga melakukan pendampingan. "Sehingga mahasiswa UMM dan politeknik sama-sama belajar," katanya.
UMKM yang dituju ada empat. Yaitu dua UMKM madu, telur asin dan kopi. Mereka selama melakukan pengamatan, tinggal di sekitar lokasi. Sehingga dari observasi itu, tiap kelompok bisa mengetahui cara kerja UMKM dan menyampaikan di diskusi berupa alternatif yang bisa dilakukan untuk mengatasi ketidakefektifan kerja UMKM dan memberi solusinya.
Misalkan dari sisi pengemasan atau alat dll. Apalagi di Singapura terbiasa menjaga kebersihan di produk pada standar produksinya. "Mungkin kalau di sini (Indonesia) gak masalah. Disana kan berbeda sehingga kebersihan sangat terjaga," contoh Latipun.
Sebelum ke lapangan, para mahasiswa mendapat informasi mengenai produk UMKM oleh fasilitatornya. Listari Hendraningsih, fasilitator menjelaskan singkat soal madu dan telur asin. Seperti bagaimana lebah membuat madu. Juga pembuatan telur asin.
"Suka gak dengan telur asin?" tanyanya pada mahasiswa Politeknik Singapura. Mahasiswa itu menjawab suka. Kemudian ia menjelaskan tentang cara mengasinkan telur ada dua. Yaitu dengan cara merendam dengan air garam dan membungkus dengan gabungan batu bata dan lumpur.
"Kenapa pakai garam? Itu buat mendapatkan rasa asinnya," kata dia. Sedang fasilitator Novi menjelaskan tentang produksi kopi. Umumnya kopi di Indonesia jenis Arabika dan Robusta.