Kabar Surabaya
Kisah Erwinsyah Dipecat setelah 16 Tahun Bekerja di Anak Perusahaan PLN, Ini Jumlah Pesangonnya
PT Haleyora Powerindo, anak perusahaan Perusahaan Listrik Negara (PLN), memecat 49 pekerja Operator Gardu Induk (OPGI), Selasa (12/3/2019).
Jumlah gaji itu dinilai Erwin kurang, apalagi harus menghidupi dirinya sendiri selama bertugas di Jember dan harus menghidupi keluarganya tetap tinggal di Surabaya.
"Ketimbang aku nguripi dandang loro, dengan gaji dua juta, ya mending saya i PHK aja, uang pesangon saya buat buka usaha di rumah," katanya.
Padahal, bila diingat-ingat kembali, Erwin bukanlah karyawan PLN kemarin sore. Karirnya sebagai karyawan berlogo petir itu dimulai sejak tahun 1999.
Awalnya ia sempatkan menjadi cleaning service di kantor PLN, Jalan Embong Wungu, Surabaya.
Kebetulan memiliki kemampuan dalam bidang kelistrikan, yang diperoleh dari SMK, pada tahun 2004 Erwin diberi beasiswa pelatihan oleh PLN untuk mengikuti diklat PLN di Pandaan Pasuruan.
Karirnya cemerlang, hanya butuh setahun usai pelatihan, Erwin langsung i pekerjakan sebagai OPGI di gardu induk yang tersebar di Jatim tahun 2005.
"Karena dulu anak perusahaan pemberi kerja bentuknya CV, dan CV pada tahun itu banyak sekali ya saya tergolong sering kali pindah-pindah CV untuk bisa jadi OPGI," ujarnya.
Karirnya terus berlanjut sebagai OPGI hingga pada tahun 2014 Erwin resmi tergabung dalam naungan PT HPI.
"PT HPI ini baru aja sih, tahun 2014 sampai sekarang," katanya saat dikonfirmasi, Kamis (14/3/2019).
Bila dihitung, Erwin sudah 16 tahun menjadi bagian dari BUMN berlogo petir itu.
Dari pihak PT HPI Erwin memperoleh pesangon sejumlah Rp 75 Juta. jumlah itu tidak sama dengan jumlah yang diterima rekannya yang lain.
Karena jumlah itu diperoleh berdasarkan lama masa kerja di bawah PT HPI, Erwin termasuk karyawan yang memiliki masa kerja cukup lama yakni sekitar lima tahun dua bulan.
Saat ditanya untuk apa sebesar itu nantinya? Dengan ringan Erwin menjawab akan buka usaha kecil-kecilan di rumahnya.
Meskipun rasa kecewanya masih belum hilang usai diPHK oleh perusahaan tempat ia menggantungkan hidup belasan tahun.
Mengingat ketiga anaknya yang masih membutuhkan biaya untuk sekolah, menjadi spirit tersendiri bagi pria berkumis tipis itu untuk tetap optimis menatap kehidupan di masa depan.
"Kecewa ya masih, wong gak adil blas kok, tapi mau gimana lagi," tandasnya. LUHUR PAMBUDI