5 Pemburu Diserang Suku Primitif Maluku Utara, 3 Orang Tewas, 2 Lagi Luka-luka
5 Pemburu Diserang Suku Primitif Maluku Utara, 3 Orang Tewas, 2 Lagi Luka-luka usai Dipanah
Setengah dari tubuh mereka baik kaum lelaki maupun perempuan hanya ditutupi daun. Mereka belum mengenal budaya maupun agama.
Untuk bertahan hidup saja, kebutuhan makanan mereka masih berharap banyak dari alam.
Beberapa waktu lalu video mengenai suku Togutil diperbincangkan di linimasa facebook.
Dalam video tersebut perlihatkan sekelompok manusia tanpa pakaian dan berambut gondrong mendekat ke permukiman warga.
Mereka berdiri di bukit yang rindang sembari berteriak dengan suara keras, namun bahasanya tak dimengerti.
"Masih ada ternyata orang yang tinggal di hutan dan bahasanya mirip tarzan," tulis akun Kamaruddin Hidayat.
Suara mereka terus bergema seakan meminta pertolongan kepada warga.
Warga yang melihat aksi tersebut berinisiatif memberikan sebagian bahan pangan. Termasuk peralatan untuk memasak dan pakaian.
Tonton videonya;
Meski demikian, ada di antara mereka sesekali keluar hutan menuju permukiman penduduk dan kamp-kamp perusahaan untuk mencari makanan.
Tampang yang brewok ditambah rambut gimbal nan panjang membuat warga berpandangan bahwa mereka orang jahat.
“Padahal mereka sebenarnya baik. Sifat mereka itu, kalau melihat warga, lari. Begitu pun sebaliknya, kalau warga melihat suku Togutil, lari juga,” kata Rahman Saha, salah satu pembina Togutil, Kamis (8/2/2018).
“Kalau melihat warga di hutan, mereka akan ikuti dari belakang dengan harapan ada jejak sisa makanan. Ada juga yang mendatangi kamp-kamp perusahaan. Mereka di sana akan berkomunikasi baik-baik dengan menggunakan bahasa Tobelo untuk minta makanan maupun pakaian,” kata Rahman.
Begitulah cara hidup mereka selama berpuluh-puluh tahun di dalam hutan.
Kehidupan di antara mereka mulai berubah total ketika para pencari kayu gaharu di kawasan hutan Halmahera Timur, sekitar Oktober 2016 mendapati satu di antara mereka (Togutil) dalam kondisi memprihatinkan.