Nasional
Ada Dusun Mengangkang di Banyumas, Ceritanya Bermula dari Prajurit Pangeran Diponegoro
Ada Dusun Mengangkang di Desa Somakaton, Kecamatan Somagede, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
SURYAMALANG.COM – Ada Dusun Mengangkang di Desa Somakaton, Kecamatan Somagede, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Nama dusun ini terkait dengan kisah prajurit Pangeran Diponegoro.
Dahulu wilayah Kabupaten Banyumas masih berupa hutan belantara.
Kawasan itu dipenuhi semak belukar berdekatan dengan aliran Sungai Serayu.
Cerita bermula ketika tahun 1830-an.
Saat itu para prajurit Pangeran Diponegoro memilih pergi dan mengasingkan diri ke selatan Jawa Tengah, yaitu Banyumas.
“Setelah Perang Diponegoro, banyak prajuritnya yang memilih mengamankan diri.”
“Mereka pergi ke beberapa wilayah lain di Jawa Tengah, termasuk di Banyumas.”
“Adalah Mbah Mangun, tokoh tertua di Desa Somakaton yang dikatakan sebagai leluhur dan prajurit dari Pangeran Diponegoro,” ujar Muharom (55), seorang warga kepada Tribunjateng.com, Jumat (19/4/2019).
Pria yang juga guru SD ini tahu asal usul nama Dusun Mengangkang dari cerita para leluhurnya.
Muharom menceritakan ketika sampai di Banyumas, Mbah Mangun mendapati wilayah yang berbentuk unik.
“Jika dilihat dari atas, tanah wilayah itu terlihat seperti seperti kaki mengangkang,” ungkap Muharom.
Karena luasnya wilayah tersebut, Mbah Mangun membaginya menjadi tiga bagian dengan tiga nama berbeda.
Tiga wilayah tersebut masing-masing berstatus desa.
Wilayah barat diberi nama Desa Somakaton yang berdekatan dengan pinggiran Sungai Serayu.
Kemudian sisi timur diberi nama Desa Glempang yang tanahnya lebih tinggi.
Sedangkan yang berada di tengah, diberi nama Desa Mengangkang.
Jika Anda membayangkan kaki yang mengangkang, maka posisi Dusun Mengangkang pas seperti berada di tengah.
Sedangkan dusun lain, seperti Glempang dan Somakaton berada di masing-masing kaki.
Memang pada waktu dulu, tiga wilayah tersebut masih berstatus desa.
Karena ada sesuatu dan lain hal, tiga desa tersebut digabung menjadi satu dengan hanya menjadi Desa Somakaton saja.
Desa Mengangkang dan Desa Glempang berubah status hanya menjadi dusun.
Sementara itu makam Mbah Mangun berada di area pemakaman Dusun Mengangkang, Desa Somakaton.
Letaknya persis seperti berada di tengah kaki yang mengangkang.
Ternyata banyak warga yang mengaku tidak tahu asal usul nama Dusun Mengangkang.
Hanya ada beberapa orang yang mengetahui asal muasal nama Dusun Mengangkang.
“Saya mendengar cerita ini langsung dari Mbah Mertadiwirya.”
“Dia adalah Kepala Desa Somakaton yang menjabat paling lama, yaitu 36 tahun.”
“Beliau menjabar sebagai kepala desa sejak Indonesia merdeka pada 1945 sampai 1981. Saat itu saya masih remaja,” ujarnya.
Nama Mengangkang juga melekat pada nama Sekolah Dasar (SD).
Ada SD bernama SDN 1 Mengangkang di RT 3 RW 2, Somakaton, Kecamatan Somagede, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Muharom tahu asal muasal nama Mengangkang dari tutur orang-orang terdahulu.
Tidak ada bukti tertulis awal mula nama Dusun Mengangkang.
“Sejarah kita hanya penuturan dari generasi ke generasi.”
“Mungkin hanya saya di sini yang memperoleh cerita tersebut.”
“Karena sudah banyak orang-orang sepuh sudah meninggal,” tambahnya.
Desa Somakaton memiliki jumlah penduduk sangat banyak.
Dalam satu desa ada 1.070 KK yang terdiri dari 35 RT dan 3 RW.
Jumlah penduduknya sekitar 4.500 orang.
“Dusun Mengangkang berada di RW 2 Desa Somakaton. Sedangkan Dusun Glempang berada di RW 1, dan Dusun Somakaton berada di RW 3,” ujar Nadas (50), Kepala Desa Somakaton.
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Asal Usul Nama Dusun Mengangkang di Banyumas, Ternyata Karena Prajurit Pangeran Diponegoro.