Universitas Muhammadiyah Malang

Tiga Dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Menulis Buku Ihwal Belajar Matematika Lewat Budaya

Tiga dosen program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menulis buku Etnomatematika.

Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: yuli
umm
Dosen PGSD UMM, Dyah Worowirowirastri Ekowati dengan bukunya. 

SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Tiga dosen program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menulis buku Etnomatematika.

"Ethnomatika berasal dari gabungan dua kata yaitu Etnik atau kebudayaan dan Matematika. Bisa diartikan pembelajaran matematika dengan menggunakan budaya sebagai medianya," jelas Dyah Worowirowirastri Ekowati, satu dari tiga dosen tersebut, Minggu (21/4/2019).

Dyah menulis buku tersebut bersama koleganya, Dian Ika Kusumaningtyas dan Nawang Sulistrani.

Menurut dia, budaya nusantara bisa jadi tempat belajar matematika.

Ethnomatika pertama kali diperkenalkan oleh D'Ambrosio, matematikawan Brasil pada 1977.

Dalam perjalanannya, pembelajarannya yang lebih efektif dan simpel melalui media yang ada di sekitar siswa. Apalagi untuk siswa SD, lanjutnya, pembelajaran matematika perlu hal kongkrit termasuk lewat permainan tradisional.

Ia memberi contoh permainan Engklek. Secara tidak langsung siswa juga belajar Matematika saat melewati petak yang sudah diberi angka dan menghitung jumlah angka yang dilewati. Kemudian membentuk rumah adat yang terdiri atas bangun datar apa saja dan membentuk kelompok yang terdiri dari segitiga, dan lainnya.

Kemudian, sambungnya, lewat permainan Engklek siswa juga diajak bermain dengan membentuk rumah adat berdasarkan kelompok-kelompok yang telah dibagi. Kemudian siswa diminta untuk memadupadankan antar kelompok sehingga membentuk rumah adat dari bangun datar-bangun datar tersebut.

Sebelum menjadi buku, telah dilakukan penelitian dan pengabdian di sekolah-sekolah. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari pengembangan program Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (DPPM) berupa pembuatan buku oleh dosen. Selanjutnya dicetak jadi buku.

Disebutnya, dengan belajar lewat metode ini, maka menjadikan matematika lebih realistis. Selain itu, pembelajaran Etno (melalui observasi) merupakan wahana belajar sambil bermain dan outdoor learning bagi siswa.

Kemudian, memperkenalkan kebudayaan kepada siswa. Dengan begitu, mereka diharapkan memiliki kepedulian untuk melestarikan kebudayaan. Pembelajaran seperti ini dinilai cocok dengan kurikulum 2013. Sehingga belajar matematika juga lebih menyenangkan karena tidak abstrak. 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved