Jendela Dunia

Wanita Patahkan Leher Teman Saat Cium Pipi Suami, Ahli Ungkap Gejala Depresi Jadi Faktor di Baliknya

Wanita Patahkan Leher Teman Saat Cium Pipi Suami, Ahli Ungkap Gejala Depresi Jadi Faktor di Baliknya

Penulis: Frida Anjani | Editor: Dyan Rekohadi
Tribunnews.com
Wanita Patahkan Leher Teman Saat Cium Pipi Suami 

SURYAMALANG.COM - Kisah seorang wanita yang tega mematahkan leher temannya saat kepergok sedang mencium pipi sang suami baru-baru ini ramai diperbincangkan.

Bukan tanpa alasan, sosok perempuan ini tega mematahkan leher temannya sendiri lantaran terlampau marah saat pergoki temannya sedang mencium pipi suaminya yang biasa disebut cikipa-cipiki. 

Terbakar dengan rasa cemburu dan kemarahan yang luar biasa, perempuan ini pun dengan brutal menyerang temannya sendiri hingga mematahkan lehernya. 

Susan Robson mematahkan leher sahabatnya
Susan Robson mematahkan leher sahabatnya (Mirrorpix/Daily Mail)

Ayah Dewi Perssik Meninggal Karena Diabetes, Simak 5 Cara Kurangi Risiko Penyakit Ini Menurut Medis

Bukti Nikita Mirzani Sukses Jadi Ibu Tunggal, Berhasil Didik Ketiga Anaknya Meski Tanpa Suami

Ini adalah kisah seorang wanita bernama Susan Robson, yang dikutip oleh Daily Mail.

Robson memiliki seorang suami, yang kemudian dia ikuti dan diketahui sedang pulang bersama sahabatnya yang bernama Kristy Adjei-Mensah.

Saat melihat sang suami dan sahabatnya pulang bersama, Robson merasa cemburu, wanita berusia 37 tahun itu beranggapan jika suaminya mendapat kecupan di pipi dari sang sahabat.

Buntutnya, Robson pun marah besar dan terbakar api cemburu.

Robson pun nekat memukul dan menendang Adjei-Mensah dengan brutal, menyebabkan sahabatnya itu mengalami patah tulang leher yang bahkan bisa didengar sendiri oleh Adjei-Mensah.

Akibat kejadian itu, Adjei-Mensah hanya bisa menggerakan lehernya dengan sangat terbatas.

Tak hanya itu, ia pun mengalami trauma dan ketakutan dalam berteman.

Atas perbuatan kejinya kepada temannya itu, Robson pun diganjar hukuman penjara selama empat tahun akibat tindakannya.

Potret Mewah Bunga Zainal Rayakan Lebaran Bareng Keluarga, Namun Keberadaan Suami Masih Misterius

Jadwal Tayang Strong Woman Do Bong Soon Episode 2 di Trans TV Lengkap dengan Sinopsisnya

Mantan sahabat Kristy (kiri) dan Susan (kanan) sebelum kejadian.
Mantan sahabat Kristy (kiri) dan Susan (kanan) sebelum kejadian. (Daily Mail)

Beda Suasana Lebaran Mayangsari dan Keluarga Cendana, Bambang Trihatmodjo Terlihat Masih Absen

Aurel Hermansyah Blak-blakan Ungkap Satu Hal yang Dirindukannya dari Krisdayanti, Ternyata Sederhana

Hal ini menandakan sebuah kondisi di mana perasaan cemburu berlebihan berujung pada tindakan drastis.

Menurut Profesor Filosofi dan Mantan Rektor Universitas Haifa, Israel, Aaron Ben-Zeev, rasa cemburu biasanya timbul karena rasa takut kehilangan kasih sayang dari orang yang kita cintai.

Saat kita cemburu, kita akan merasa dalam keadaan terdesak dan jadi korban ketidakadilan situasi.

Ini kemudian menimbulkan risiko cemburu buta, di mana zat-zat kimia dalam tubuh yang berkaitan dengan rasa cinta, kompetisi, dan interaksi sosial saling bertabrakan.

Cemburu buta bisa menjadi sebuah penyakit, bahkan menandakan adanya kelainan pada kesehatan mental seseorang.

Selain itu, sikap marah berlebihan yang ditunjukkan Robson kepada sahabatnya itu juga dapat mnjadi tanda-tanda depresi

Dikutip SURYAMALANG.COM dari Kompas.com, depresi seringkali dikaitkan dengan rasa sedih berkepanjangan dan menarik diri, tetapi ada respon emosional lain yang sering terabaikan padahal merupakan gejala depresi.

Semua tahu rasanya terjebak dalam kemecetan parah atau tidak sengaja menendang meja hingga kopi tumpah. Tentu saja itu akan membuat kita marah.

Marah memang menjadi bagian dari emosi yang sehat.

Tetapi, dalam beberapa kasus, marah yang terus menerus atau persoalan kecil bisa membuat kemarahan meledak, itu menjadi pertanda hal yang lebih serius: depresi.

Sebuah penelitian di tahun 2014 menemukan bahwa amarah, baik yang ditekan atau terlalu besar, merupakan tanda dari kondisi mental seseorang.

Orang yang kesulitan mengontrol amarahnya beresiko mengalami depresi. Para ahli mendeskripsikan penyakit mental sebagai "kemarahan terhadap diri sendiri" atau "kemarahan ke dalam".

“Tidak selalu terlihat seperti depresi, padahal memang demikian,” kata Marianna Strongin, seorang psikolog klinis.

Marah yang menjadi gejala depresi bukanlah marah biasa, namun yang gampang meledak dan sulit dikendalikan.

"Orang tersebut atau keluarganya biasanya sadar dia tidak bisa mengendalikan marahnya dan datang ke psikolog untuk mengatasinya.

Tapi setelah digali lebih dalam sebenarnya kemarahan itu sebagai gejala depresi," kata Strongin.

Jika orang yang depresi lebih dikenal dari gejala merasa sedih dan kosong, sebagian punya gejala gampang marah.

Menurut Strongin, lebih mudah untuk menyadari kemarahan sebagai sesuatu yang salah dibanding emosi murung. “Kesedihan lebih berat untuk dirasakan.

Sedih adalah tahapnya dan marah adalah aksinya.

Jadi, terkadang orang mengalihkan untuk tidak merasa sedih, tetapi sebaliknya, amarahlah yang terpancing,” tambahnya.

Pada laki-laki

Meski depresi lebih banyak diderita perempuan, tetapi menurut psikolog Sherry Benton laki-laki yang lebih banyak menunjukkan kemarahan sebagai gejala depresi.

“Terkadang muncul keinginan untuk menarik diri dari orang lain.

Marah adalah salah satu cara yang sangat efektif untuk menjauhkan dari orang lain” kata Sherry.

Laki-laki cenderung menjauh dari orang yang dicintainya dan menutupi depresi yang mereka alami sendirian.

Bukan berarti perempuan tidak mengalaminya juga.

Bess Meade, seorang pekerja seni didiagnosas mengalami depresi sejak usia 19 tahun.

Gejala awalnya adalah amarahnya.

Ia membentak rekan kerjanya selama rapat dan memecahkan jendela rumah mantan pacarnya.

“Ibuku bilang kalau saya sedang marah dan saya harus melakukan sesuatu untuk melampiaskannya,” kata Meade yang saat ini berusia 29.

Sekarang, Meade mampu mengelola emosinya dan gejala depresi lainnya melalui kombinasi anti depresan dan perubahan gaya hidup sehat.

“Saya mulai mengikuti kelas yoga ketika saya benar-benar berjuang dengan depresi sekitar setahun yang lalu.

Hal ini meningkatkan kesadaran saya tentang tubuh dan pernafasan yang dapat membantu saya keluar dari rasa takut,” tambahnya.

Menulis jurnal

Selain obat-obatan, latihan pernafasan, dan olahraga, Marianna mengatakan menulis jurnal bisa menjadi cara yang bermanfaat untuk mengelola amarah dan mencari akar penyebabnya.

Ia menyarankan kepada para pasiennya untuk menuliskan hal-hal negatif, kemudian menanyakan dan mencari tahu kebenaran dari hal tersebut.

“Jika pikirannya mengatakan bahwa ‘saya sedang tidak baik’, saya akan bertanya lagi ‘hal apa yang tidak baik?,” tambahnya.

“Ketika kamu merasa tidak nyaman, tanyakan sampai kamu mendapat jawabannya”

Cara mana yang dianggap berguna mungkin berbeda pada tiap orang, namun langkah pertama adalah mendapatkan bantuan profesional seperti psikolog atau psikiater.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved