Arema Malang

Laras Carissa Berharap Insiden Berdarah di Stadion Brawijaya Kediri Tahun 2008 Tidak Terulang

Vintul berharap, kejadian berdarah di Stadion Brawijaya tersebut tidak lagi terulang di dunia pesepakbolaan Indonesia.

Editor: yuli
#vintulvee
Laras Carissa Devinta, putri mantan CEO Arema FC, Iwan Budianto. 

SURYAMALANG.COM - Laras Carissa Devinta, putri mantan CEO Arema FC, Iwan Budianto, mengaku tidak trauma datang ke stadion menyaksikan pertandingan sepak bola.

Meski pernah mengalami kejadian mengerikan pada tahun 2008 lalu, Laras Carissa Devinta mengatakan, masih sering menyaksikan sepak bola di stadion.

"Walaupun pernah mengalami hal seperti gitu, tapi gak bikin trauma buat aku," kata Laras Carissa Devinta, Sabtu (15/6/2019).

Laras Carissa Devinta pernah menjadi saksi kericuhan antar suporter di stadion.

Kala itu, Laras Carissa Devinta menjadi sasaran amukan oknum suporter pada laga Persik Kediri melawan Arema FC di Stadion Brawijaya, tahun 2008 silam.

Laras Carissa Devinta beserta Ibu dan kakaknya datang ke Stadion Brawijaya untuk menemani Iwan Budianto yang menjabat sebagai pengurus Persik Kediri.

"Waktu Papa pegang Persik Kediri, aku nonton sama Mama dan kakakku di VVIP Stadion Brawijaya. Waktu itu laga Persik Vs Arema," ungkapnya.

"Waktu itu ricuh. Ada insiden bakar-bakar di stadion, lempar-lemparan, banyak yang luka dan yang meninggal," sambung dia.

Tak sampai di situ, Laras Carissa Devinta dan keluarganya menjadi sasaran kemarahan oknum suporter yang tidak terima dengan hasil pertandingan laga Persik Kediri Vs Arema FC kala itu.

Mahasiswi Universitas Brawijaya ini menyebut, ada oknum suporter yang sengaja mengungkap identitas keluarga Iwan Budianto.

"Ada provokator yang teriak kasih tahu kalau kami keluarganya pak IB. Papaku di bench kan, nggak bareng kami di tribun karena papaku manajer di Persik," ulas gadis berusia 20 tahun tersebut.

Kendati begitu, insiden mengerikan di Stadion Brawijaya tidak membuat Laras Carissa Devinta trauma dengan dunia sepak bola Indonesia.

Gadis yang karib disapa Vintul ini, kini bahkan menjadi pendukung Arema FC atau Aremanita.

Vintul mengaku, tidak trauma dengan atmosfer sepak bola Indonesia dan tetap menyaksikan laga Arema FC di stadion.

"Karena mungkin aku masih kecil waktu itu. Jadi aku nggak sadar whats going on actually," ujar Vintul.

"Baru pas gedenya diceritain, baru tahu gitu kalau saat itu pernah mengalami. Aku cuma ingatnya saat kami dilemparin sampai kaca mobil pecah," lanjut dia.

"Nggak tahu juga kenapa kejadian yang di stadion malah nggak ingat apa-apa. Mungkin karena waktu itu aku disuruh jongkok dan ditutupin, jadi aku nggak lihat apa yang sedang terjadi," tambahnya.

Vintul berharap, kejadian berdarah di Stadion Brawijaya tersebut tidak lagi terulang di dunia pesepakbolaan Indonesia.

Ia juga berpesan kepada Aremania dan suporter sepak bola lainnya untuk tidak mudah terpancing provokasi antar pecinta klub.

"Sekarang lagi zaman orang yang berkepentingan menggiring opini lewat media agar publik menerima kepentingan itu sendiri," pesan dia.

"Semoga Aremania bisa lebih pintar memilah dan lebih bijak menerima informasi yang didapat. Jangan sampai malah jadi terpecah belah gara-gara terprovokasi omongan orang luar," pungkasnya. Ayu Mufidah KS

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved