Malang Raya

Tanpa Alasan Jelas, Pria 54 Tahun Serang Adik Kandungnya di Kepanjen, Kabupaten Malang

Tanpa alasan jelas, Syaid Al Arif (54) memukul hidung dan menggigit lengan adiknya, Eko Raharjo (38) di Kelurahan Ardirejo, Kepanjen, Kabupaten Malang

Penulis: Mohammad Erwin | Editor: Zainuddin
Suryamalang.com/M Erwin
Petugas Unit Reskrim Polsek Kepanjen menggeledah tas berisi senjata tajam yang dibawa Syaid Al Arif (54), pelaku penyerangan adik kandung di Kelurahan Ardirejo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Kamis (25/7/2019 

SURYAMALANG.COM, KEPANJEN – Tanpa alasan jelas, Syaid Al Arif (54) memukul hidung dan menggigit lengan adik kandungnya, Eko Raharjo (38) di Kelurahan Ardirejo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Kamis (25/7/2019) pagi.

Serangan itu mengakibatkan hidung dan lengan kanan Eko terluka.

“Diduga pelaku mengalami gangguan jiwa. Pelaku menyerang adiknya sendiri.”

“Karena membahayakan, pelaku dibawa petugas ke Polsek Kepanjen,” ujar Iptu Supriyadi, Kanitreskrim Polsek Kepanjen kepada SURYAMALANG.COM.

Supriyadi menambahkan ketika diamankan petugas, Syaid membawa tas berkuran cukup besar yang berisi golok, pisau, dan ketapel.

Syaid memang kerap membawa senjata tajam (sajam). Saat emosinya meledak, Syaid sering mengancam orang di sekitarnya.

“Syaid juga membawa 10 batu,” jelas Supriyadi.

Karena diduga alami gangguan jiwa, Syaid akan dibawa ke Rumah Sakit Jiwa Lawang.

Saat ini Syaid masih diamankan di Polsek Kepanjen.

“Kami akan koordinasi dengan Muspika Kepanjen untuk mengirim Syaid ke RSJ Lawang untuk penanganan lebih lanjut,” beber Supriyadi.

Di sisi lain, Eko Raharjo mengaku kaget saat kakaknya menyerang.

“Saat itu saya mau memberi makan ayam saya. Tiba-tiba kakak menyerang saya.”

“Dia menggigit tangan saya sampai berdarah. Saya tidak tahu apa alasannya,” ujar Eko.

Eko mengatakan kejiwaan kakaknya labil pasca bercerai dengan istri.

Selama ini Eko tinggal berdekatan dengan kakaknya di Jalan Adi Utomo, Kepanjen.

Syaid hidup sendiri di rumah kecil. Tapi, Syaid jarang di rumah.

Syaid kerap tidur di pinggir jalan dengan membawa tas selempang besar.

“Dia pernah menikah pada tahun 1998, tapi kandas. Kemudian dia hidup sebatang kara, dan sering keliling.”

“Dia dulu pelukis. Saya tidak tahu kalau dia sering membawa senjata tajam.”

“Dia sempt mau diperiksakan, tapi kabur dan emosi terus.”

“Saya berusaha memberi makan kakak saya setiap hari. Tapi kok saya diserang,” terangnya.

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved