Malang Raya
Kemuliaan Hati Bakul Nasi Pecel di Malang yang Tak Mau Lagi Terima Bantuan Pemerintah
Kemuliaan Hati Bakul Nasi Pecel di Malang yang Tak Mau Lagi Terima Bantuan Pemerintah
Penulis: Mochammad Rifky Edgar Hidayatullah | Editor: yuli
Bakul nasi pecel bernama Niati itu mundur sebagai penerima bantuan PKH karena melihat bekondisi tetangganya, Subianah (90).
SURYAMALANG.COM, KEDUNGKANDANG - Niati (42), warga RT 10 RW 03 Kelurahan Kotalama Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang mengembalikan berkas penerima Program Keluarga Harapan (PKH) dari Kementerian Sosial (Kemensos) pada Sabtu (3/8/2019).
Pengembalian berkas itu dilakukan setelah Niati sejak tahun 2012 menerima bantuan santunan dari Kemensos.
Bantuan itu berupa uang senilai Rp 500 Ribu selama tiga bulan sekali dan beras setiap sebulan sekali.
Ia beralasan, pengunduran dirinya dari bantuan Kemensos itu dikarenakan masih banyak orang yang membutuhkan bantuan itu daripada dirinya.
"Hati nurani saya tidak mau lagi menerima bantuan, alhamdulilah kayaknya rezeki yang saya terima ini sudah cukup," ujarnya kepada SURYAMALANG.COM, Selasa (6/8/2019).
Berkat santunan dari Kemensos yang diberikan kepada dirinya, Niati kini telah membuka usaha kecil-kecilan di rumahnya.
Yakni menjadi pedagang nasi pecel dan berbagai makanan ringan lainnya.
Kata Niati, apa yang didapatkannya saat ini sudah cukup, dan lebih baik bantuan itu diberikan lagi kepada orang-orang yang lebih membutuhkan.
"Sejak tahun 2012 lalu saya mendapatkan bantuan ini. Tapi bantuan ini sudah cukup bagi saya," terangnya.
Istri dari suami seorang sopir itu kini mengandalkan berjualan pecel untuk memenuhi segala kebutuhan, termasuk biaya kontrak rumah.
Niati kini mengontrak sebuah rumah dengan harga Rp 7 Juta per dua tahun.
Niati berharap, kepada keluarga penerima bantuan PKH yang secara ekonomi sudah lebih baik bisa ikut mengundurkan diri.
Agar bantuan PKH dari Kemensos itu bisa diterima oleh orang yang lebih membutuhkan lagi.
"Bantuan ini sangat membantu sekali dan juga bermanfaat sampai bisa membantu saya. Saya berharap masyarakat lain yang ekonominya mulai membaik dengan kesadaraannya bisa gantian dengan yang lain," imbuhnya.
Di sisi lain niat dari Niati yang ingin mengundurkan diri sebagai penerima bantuan PKH ialah melihat dari kondisi tetangganya yang bernama Subianah (90).
Subianah kini harus terbaring lemah di kamarnya karena menderita penyakit stroke.
Kata Choirul Anam, anak dari Subianah, sejak ibunya terkena stroke 6 tahun lalu belum mendapatkan bantuan sama sekali dari pemerintah.
Maka dari itu, ia kini sampai rela meninggalkan pekerjaannya demi menjaga dan merawat ibunya tersebut.
"Bantuan sampai saat ini belum ada. Sebulan 3 kali saya harus mengajak ibu saya ini ke dokter, dengan membutuhkan biaya sekali kontrol Rp 200 Ribu. Dan itu juga dibantu adik saya yang saat ini sedang kerja," terang Choirul.
Sementara itu, Iswahyuni Anjari Rakhmi, pendamping PKH Kelurahan Kotalama mengatakan, pihaknya baru mengetahui pengunduran diri Niati dari grup WhatsApp.
Ia menanyakan, bagaimana cara pengunduran dirinya dari bantuan PKH.
Setelah itu, Iswahyuni menindaklanjuti keinginan Niati tersebut dan membantunya melalui prosedur yang harus dilewatinya.
"Beliau ini beranggapan, bahwa yang membutuhkan dana tersebut masih banyak. Akhirnya beliau mengurusnya dan sudah merasa cukup untuk tidak menerima PKH lagi," ujarnya.
Meski telah dilepaskan, Iswahyuni akan tetap mendampingi sembari melihat kondisi sosial dan ekonomi Niati.
Ia juga berharap, apa yang dilakukan oleh Niati bisa menginspirasi orang-orang lain yang secara ekonominya mampu untuk bisa mengundurkan diri.
"Pendampingan akan tetap kami lakukan. Karena dia sudah terdata sembari melihat kondisi sosial dan ekonominya," tandasnya.