Pilkada Sidoarjo 2020
Menelisik Latar Belakang Rahmat Muhajirin yang Siap Jadi Bakal Calon Bupati Sidoarjo
Saya sendiri memang belum pernah ikut organisasi NU karena saya seorang tentara. Tapi sejak kecil saya dididik beragama ala Nahdlatul Ulama.
Penulis: M Taufik | Editor: yuli
Rahmat Muhajirin: Saya sendiri memang belum pernah ikut organisasi NU karena saya seorang tentara. Tapi sejak kecil saya dididik beragama ala Nahdlatul Ulama oleh orangtua saya.
SURYAMALANG.COM, SIDOARJO - Gaung Pilkada Sidoarjo 2020 semakin menggema. Sejumlah tokoh yang diprediksi bakal maju sebagai calon bupati pun terus bermunculan.
Tapi dari sekian banyak tokoh itu, baru ada satu yang berani terang-terangan menyatakan niatnya untuk maju sebagai calon Bupati Sidoarjo periode 2021-2026.
SuryaMalang.com berkesempatan wawancara secara eksklusif dengan Rahmat Muhajirin di kediamannya, Perum TNI AL di Candi, Sidoarjo, Senin (12/8/2019).
Mengawali obrolan, Purnawirawan TNI AL ini bercerita bahwa dirinya masuk ke politik karena merasa terpanggil. "Ingin berjuang untuk kesejahteraan masyarakat," tegas pria kelahiran 1968 tersebut.
• PKB Sambut Demokrat Soal Peluang Menjagokan Anik Maslachah sebagai Bupati Sidoarjo 2020 - 2025
• Demokrat Buka Peluang Dukung Anik Maslachah dari PKB untuk Bupati Sidoarjo 2020 - 2025
• Anik Maslachah, Perempuan Potensial dari PKB untuk Bupati Sidoarjo 2020 - 2025
Sudah terpilih jadi anggota DPR RI, kenapa mau nyalon bupati?
Ketika turun ke berbagai lapisan masyarakat dalam pileg kemarin, saya begitu banyak mendapat masukan. Banyak juga keluhan dari berbagai kalangan masyarakat tentang kondisi Sidoarjo.
Nah, sebagai legislatif kan butuh proses panjang untuk memperjuangkan keluhan mereka. Apalagi saya di DPR RI. Beda jika bupati, bisa langsung mengambil kebijakan atau semacam eksekutor untuk menjawab keluhan masyarakat.
Keluhan apa saja ?
Di daerah Prambon dan sekitarnya banyak petani tebu mengeluh karena tidak bisa bekerja. Kemudian di Jabon, warga mengeluh polusi sampah. Dan di berbagai kawasan, banyak warga mengeluh karena area pertanian semakin sempit, berubah jadi lahan perumahan dan sebagainya.
Belum lagi di kawasan kota, macet dan sempitnya jalan kerap dikeluhkan. Juga masalah banjir yang datang setiap musim hujan, masalah jalan rusak, petani sulit pupuk, dan berbagai persoalan lain. Termasuk korban Lapindo, juga masih banyak yang belum terselesaikan.
Bagaimana Solusinya?
Harusnya pemerintah bisa lebih memaksimalkan anggaran untuk kepentingan rakyat. APBD Sidoarjo kan besar, mencapai kisaran Rp 5 triliun, kami rasa cukup untuk mengatasi persoalan-persoalan yang banyak dikeluhkan masyarakat itu.
Infrastruktur dan fasilitas publik harus menjadi prioritas. Sehingga program-program pemerintah bisa benar-benar dirasakan masyarakat dan untuk kesejahteraan rakyat.
Alasan lain maju jadi calon bupati ?
Juga banyak teman dan berbagai pihak yang mendesak saya untuk maju. Mereka bilang, Sidoarjo butuh pemimpin baru yang benar-benar bisa berjuang untuk kesejahteraan masyarakat. Serta dorongan dari sejumlah pihak yang ingin perubahan, ingin Sidoarjo lebih maju dan sejahtera.
Bagaimana dengan kendaraan politik ?
Saya ini kader Gerindra. Tapi di Sidoarjo, tentu harus berkoalisi karena Gerindra hanya punya 7 kursi, sementara untuk mengusung calon bupati butuh minimal 10 kursi.
Dan komunikasi dengan partai lain sudah terbiasa saya lakukan. Karena pada Pilpres kemarin saya ketua tim pemenangan Prabowo-Sandi untuk wilayah Sidoarjo.
Bisa jadi berkoalisi dengan mereka, atau bisa juga dengan partai lainnya. Semua serba mungkin. Yang penting bagi saya adalah kesamaan visi dan misi. Yakni berjuang bersama untuk kemajuan Sidoarjo dan kesejahteraan masyarakat Sidoarjo.
Bisa dijelaskan basic anda ?
Saya lahir di Jember, tepatnya di Batalyon 509 ketika ayah saya dinas di sana. Ayah adalah pejuang Hizbullah yang berangkat dari Malang ke Surabaya pada 10 November 1945, atas perintah jihad dari KH Hasyim Asy'ari, pendiri NU.
Tahun 1965 ayah saya yang jadi tentara juga sangat getol memerangi PKI. Tahu sendiri, warga NU memang yang paling depan melawan PKI.
Saya sendiri memang belum pernah ikut organisasi NU karena saya seorang tentara. Tapi sejak kecil saya dididik beragama ala Nahdlatul Ulama oleh orangtua saya. Dan sampai sekarang pun, saya terbiasa menggelar tahilan dan berbagai kegiatan layaknya warga NU pada umumnya.
Istri saya, Mimik Idayana basiknya pengusaha. Karena itu, sejak kami menikah, ada bisnis yang kami jalankan bersama.
Bisnis apa itu ?
Berawal dari sewa becak, kemudian berkembang jadi angkot atau bemo, kemudian berkembang bisnis angkutan truk. Lalu berkembang lagi, kami bisnis di bidang pelayaran sampai sekarang.
Anak-anak ?
Saya punya lima anak, empat perempuan dan satu laki-laki. Anak pertama dan kedua sudah menikah, ketiga dan empat masih sekolah. Yang paling kecil, laki-laki baru kelas 3 SD.
Alhamdulillah, keluarga selalu memberi support kepada saya. Termasuk saat memutuskan untuk berjuang lewat jalur politik. Bismillah, berjuang demi rakyat.