Citizen Reporter
Sikap Belanda Tentang Proklamasi Indonesia 1945 dan Ketidakadilan yang Berlanjut Sampai Kini
Sikap Belanda Tentang Proklamasi Indonesia 1945 dan Ketidakadilan yang Berlanjut Sampai Kini
Masalahnya, yang bertindak sebagai para penegak hukum bukanlah petugas polisi melainkan tentara yang bertugas di militer Belanda.
Publikasi “De Doden Tellen” (“Menghitung Orang Mati”) yang dirilis komite Hari Peringatan Nasional Belanda menunjukkan betapa tidak konsistennya cerita resmi Belanda. Publikasi tersebut menyebut konflik sebagai “tindakan penegakan hukum” sementara secara bersamaan menggunakan bahasa “penaklukan” militer.
“Selama berlangsungnya apa yang disebut tindakan penegakan hukum, Belanda menaklukkan berbagai wilayah dan menyatakan mereka sebagai wilayah Belanda sekali lagi,” demikian ditulis di publikasi tersebut.
Apartheid
Belanda ingin menganggap orang-orang yang mereka bunuh sebagai bagian Belanda, supaya tidak dianggap melakukan kejahatan perang. Tetapi pada saat yang sama tidak memperingati kematian mereka.
Alasannya? Pemisahan atas dasar ras.
Kolonialisme Belanda tidak memberikan kewarganegaraan kepada orang Indonesia asli. Sekarang, 70 tahun kemudian, kebijakan apartheid kolonial yang memisahkan, merugikan, dan merendahkan satu ras demi kepentingan ras lainnya tetap berlaku setelah kematian.
Pada hari yang memperingati korban sipil akibat perang, korban sipil Indonesia tidak diperingati sebab mereka tidak memiliki kewarganegaraan di bawah kekuasaan kolonial.
Ketua Komite Peringatan Hari Nasional Belanda, Gerdi Verbeet, mengakuinya ketika dia mengatakan bahwa “mereka yang tidak memiliki paspor Belanda tidak diingat pada saat ini.”
Ada bukti lebih lanjut tentang kebijakan pengucilan rasial pada Hari Peringatan Belanda: korban Indonesia pada Perang Dunia II juga tidak diperingati.
Meskipun tidak terverifikasi, korban sipil Perang Dunia II di Indonesia diperkirakan mencapai 4 juta orang. Tapi dokumen resmi mendata sekitar 20.000 orang—perbedaan yang menakjubkan.
Belanda mendapatkan angka yang sangat berbeda tersebut karena mereka mengecualikan semua penduduk asli. Jutaan orang terhapus pada Hari Peringatan Belanda.
Menghitung orang mati
Hari Peringatan Belanda adalah sebuah kisah tentang nilai kehidupan manusia, tentang siapa yang diperhitungkan, siapa yang tidak dan siapa yang dapat menentukan hitung-hitungan tersebut.
Tetap Kreatif saat Pandemi, HMJ Sastra Jerman UM Gelar Pentas Kolaborasi Drama |
![]() |
---|
Ormawa FMIPA UM Gelar Seminar Wawasan Kebangsaan, Siapkan Pendidikan Karakter Mahasiswa |
![]() |
---|
Cara Atasi Krisis Air Bersih Akibat Banjir dan Longsor di Ngantang Kabupaten Malang |
![]() |
---|
Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Malang Bekali 350 Relawan Gerakan Psikoedukasi |
![]() |
---|
UKM Riset dan Karya Ilmiah UB Malang Bantu Kembangkan Wisata Goa Pandawa dan Lainnya di Dusun Brau |
![]() |
---|