Citizen Reporter

Pemprov Jatim Layak Dukung Festival Kali Brantas sebagai Event Tahunan

27 penari menaruh damar kambang di tepian kali Brantas sebagai penanda nyuluh atau menyinari kali Brantas. Tari Nyadran dan Nyuluh Kali Brantas ini...

Editor: Yuli A
adi h
27 penari menaruh damar kambang di tepian kali Brantas sebagai penanda nyuluh atau menyinari kali Brantas. Tari Nyadran dan Nyuluh Kali Brantas dilakukan pada waktu surup waktu pergantian sore ke malam sehingga suasana kali Brantas menjadi syahdu. 

"Ujub umbol dongo dalam rangkaian Festival Kali Brantas mulai dari petik tirta amarta, kenduren, larung sesaji, metri dan nyadran ini dijadikan sebagai sarana belajar budaya tradisi lokal dan cinta lingkungan," kata Ki Demang.

SURYAMALANG.COM = Kepala Dinas Kepemudaan, Olah Raga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Malang, Baihaqi, mengatakan, pihaknya akan mengajukan Festival Kali Brantas (FKB) yang telah dua kali sukses digelar di Kota Malang ke Propinsi Jawa Timur agar menjadi event tahunan provinsi.

"Trigernya FKB sudah dua kali sukses digelar di kota Malang," kata Baihaqi saat memberikan sambutan pada puncak acara peringatan Hari Sungai Nasional, di Kampung Warna Warni Jodipan, Malang, pekan lalu.

Menurut Baihaqi, FKB merupakan event wisata budaya yang sarat dengan makna, mengedukasi masyarakat pentingya kesadaran lingkungan. Sehingga, lanjut Baihaqi, ke depan perlu kiranya mendapat dukungan dari propinsi Jatim, dan ini akan menjadi kalender tahunan di Kota Malang.

"Kali Brantas adalah sungai terbesar dan terpanjang yang melintasi 14 kota/kabupaten di Jawa Timur. Sungai yang menjadi hulu dan peradaban era Kediri, Kanjuruhan, Singhasari dan Majapahit menyimpan banyak sejarah," ujar Baihaqi.

Do'a bersama dilakukan sebelum gelaran Tari Nyadran Kali Brantas. Penggagas Kampung Budaya Polowijen, Ki Demang memimpin doa bersama dengan membawa sesajen lengkap.

"Ujub umbol dongo dalam rangkaian Festival Kali Brantas mulai dari petik tirta amarta, kenduren, larung sesaji, metri dan nyadran ini dijadikan sebagai sarana belajar budaya tradisi lokal dan cinta lingkungan," kata Ki Demang.

Ki Demang, sapaan akrab Isa Wahyudi, menambahkan, tradisi seperti ini dulu kerap dilakukan oleh nenek moyang kita. Karena itu, kita perlu menghidupkan kembali.

"Salah satu ragam macam kreasi adalah lewat tari nyadran yang ditarikan 27 penari anak dan remaja dari sanggar seni Denandar besutan Endra Zulaifah dan musik garapan oleh Tri Broto Wibisono Surabaya," terang Ki Demang.

Digambarkan, 27 penari menaruh damar kambang di tepian kali Brantas sebagai penanda nyuluh atau menyinari kali Brantas. Tari Nyadran dan Nyuluh Kali Brantas dilakukan pada waktu surup waktu pergantian sore ke malam sehingga suasana kali Brantas menjadi syahdu.

Selain tarian nyadran, juga dimeriahkan dengan tarian dari Kampung Warna Warni, Kampung Lampion dan Kampung Tridi. Sebelum acara ditutup dengan kembul tumpeng wilujengan para penari diarak keliling dari kampung Warna Warni ke Kampung Lampion.

"Lebih dari 100 lampion merah putih dibawa oleh anak anak penari," tukas Ki Demang. ADI H

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved