Malang Raya
Kerinduan & Kepedulian Arek Malang Tentang Malang Tempo Doeloe dalam Gagasan Malang City Heritage
Berbicara soal Kota Malang, tak lengkap rasanya jika tidak bicara soal Malang Heritage.
Penulis: Mochammad Rifky Edgar Hidayatullah | Editor: Zainuddin
SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Berbicara soal Kota Malang, tak lengkap rasanya jika tidak bicara soal Malang Heritage.
Ya, kini Kota Malang dikenal sebagai Malang City Heritage karena memiliki banyak bangunan cagar budaya, serta kampung tematik yang tersebar di setiap sudut Kota Malang.
Setelah Wali Kota Malang, Sutiaji menjadikan Kota Malang sebagai Kota Heritage, sejumlah kawasan dan bangunan bersejarah kini mulai dipoles.
Ekonomi kerakyatan pun mulai berkembang dengan berbagai macam manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat.
Gagasan tentang Malang City Heritage banyak mendapatkan apresiasi dari masyarakat Kota Malang.
Hingga akhirnya mereka muncul dari kelompok-kelompok ataupun kumpulan kecil sehingga menjadikannya sebuah komunitas.
Kasi Pemasaran Disbudpar Kota Malang, Agung H Buana mencatat kini sudah ada puluhan komunitas yang mengfokuskan terjun ke dunia heritage, culture dan kesejarahan lainnya.
Komunitas tersebut terbentuk dari adanya media sosial yang kini sedang tumbuh dan berkembang sangat pesat.
Peran dari merekalah yang akhirnya turut membantu mengembangkan Malang sebagai Kota Heritage.
“Mereka tumbuh dari bentuk kepedulian akan cagar budaya. Mereka berkelompok dan membuat wadah di Facebook maupun Whatsapp,” ujarnya.
Agung menambahkan Malang City Heritage kini menjadi ikon Kota Malang yang harus dikembangkan.
Dikarenakan, Kota Malang tidak memiliki wisata alam seperti yang ada di Kabupaten Malang.
Maka dari itu, untuk menjadikan Kota Malang sebagai Kota Heritage perlu diadakannya penetapan tempat ataupun bangunan sebagai cagar budaya.
Dengan memperhatikan empat hal penting yang harus dicanangkan, di antaranya perlindung, pengembangan, pelestarian, dan pemanfaatan.
“Malang terkenal dengan kuliner dan tempat untuk belanja. Tapi itu sudah banyak di kota-kota lain.”
“Jadi bagaimana Kota Malang harus memiliki potensi wisata yang baru, ya itulah Malang City Heritage.”
“Karena banyak sekali candi, artefak dan bangunan cagar budaya yang ada di Kota Malang,” terangnya.
Bagi Agung, warga Malang belum bisa melupakan kerinduannya akan Malang Tempoe Doeloe.
Maka dari itu, upaya pemerintah dalam mengembangkan Malang City Heritage ialah dengan menetapkan cagar budaya.
Apabila itu tidak ditetapkan, akan sulit untuk dilakukan pelestarian dan pemanfaatan.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang mencatat, pada tahun 2018 telah ada 32 bangunan yang ditetapkan sebagai cagar budaya.
Sedangkan di tahun 2019, pihaknya sedang berusaha menetapkan 45 bangunan untuk dijadikan cagar budaya.
Hal ini dilakukan, agar bangunan cagar budaya tersebut bisa dimanfaatkan menjadi tempat wisata.
Terlebih lagi bisa memberikan nilai ekonomi dan edukasi kepada masyarakat.
“Beberapa bangunan yang kini sedang kami nominasikan ialah Pendopo Kabupaten Malang, Rumah Dinas Wali Kota Malang dan bangunan-bangunan yang ada di Kayutangan,” ujarnya.
Agung menjelaskan Malang City Heritage kini terbagai lima koridor, yakni Ijen, Celaket, Pecinan, Kanjuruhan, dan Kayutangan.
Dari lima kawasan tersebut, Kayutangan yang menjadi ibu kota ataupun pusatnya.
Hal ini seiring dengan rencana Wali Kota Malang, Sutiaji yang akan menjadikan Kayutangan sebagai kampung wisata heritage.
Agung berharap dengan gagasan dari Pemerintah Kota Malang yang akan menjadikan Malang City Heritage akan banyak membantu dalam penyelamatan aset-aset bersejarah.
“Penyelamatan ini bukan untuk kita sekarang, tapi untuk anak cucu kita kelak.”
“Jadi heritage ini akan tetap beregenerasi dan tetap muda. Sesuai dengan slogan kami ‘Heritage For The Future’ heritage adalah sesuatu yang lampau dan future untuk anak cucu kita,” tandasnya.
Sementara itu, Tjandra Purnama, dari Komunitas Malang Raya Heritage (MRH) mengatakan, sebagai orang yang berkecimpung di komunitas, pihaknya mendampingi Pemerintah Kota Malang setelah mencanangkan Malang City Heritage.
Dalam pendampingan itu, MRH mengambil sisi yang belum dijangkau pemerintah dalam pelestarian cagar budaya.
Seperti dengan menggelar diskusi rutin, dan juga memberikan pemahaman dan pengertian kepada masyarakat yang memiliki bangunan bersejarah.
“MRH ini lahir dari kepedulian. Dan kami harus bergerak dalam upaya penyelamatan heritage di Kota Malang,” ujarnya.
Rencananya, MRH akan menggelar event Uklam-Uklam Heritage Kayutangan (UUHK) yang akan diselenggarakan pada tanggal 30-31 Agustus mendatang.
Event ini digelar sebagai bentuk kerinduan masyarakat Kota Malang akan Malang Tempoe Doeloe dan juga mengenalkan Kota Malang sebagai Kota Heritage.
Acara tersebut dikonsep semenarik mungkin dengan menyediakan kuliner khas zaman dulu, pergelaran musik dan busana-busana khas Malangan zaman dulu.
“Kami ingin meletakkan platform kepada Kota Malang, bahwa Kayutangan ini pernah berjaya.”
“Semoga bisa terbawa dengan suasanan Kayutangan sebagai pusat ekonomi pada waktu dulu. Ini juga sesuai dengan rencana Pemkot Malang yang akan menjadikan kawasan Kayutangan sebagai kawasan heritage,” tandasnya.